Add Logo PEMILIHAN TOUCH KOREA TOUR PENGALAMAN TIM EVENT

07 July 2011

[Part 5] Music, Dream and Love

“Ini helm mu.” Hyun Soo baru kembali bersuara ketika mereka sudah berada disebelah motor Hyun Soo.


“Aku pulang sendiri saja.” balas Jung Ah lalu ia berjalan kaki menjauhi Hyun Soo. Hyun Soo menaruh helm itu dibangku motornya dan berjalan cepat mengejar Jung Ah. Dan ketika ia sudah berada didekat Jung Ah, ia menarik tangan Jung Ah dan memaksa Jung Ah naik ke atas punggungnya. Hyun Soo menggendong Jung Ah dan mendudukkannya diatas bangku motornya.


“KAU! KENAPA KAU GENDONG AKU SEPERTI INI?!” teriak Jung Ah kesal. Ia segera mencium-ciumi seragamnya dengan hidungnya.


“Kenapa? Kau tidak suka?” tanya Hyun Soo seraya memberikan helm pada Jung Ah, lalu ia memakai helm miliknya sendiri.


“JELAS TIDAK! Kau berkeringat dan membuat seragamku menjadi bau!” teriak Jung Ah ketika ia sedang memakai helm pemberian Hyun Soo.


“Biarkan saja. Itu akibat kau tidak mau langsung menuruti perkataanku.” ujar Hyun Soo sambil mengenakan jaket kulitnya lalu ia naik ke atas motornya dan Jung Ah buru-buru membenarkan posisi duduknya.


“Tsk! Kau masih saja menyebalkan dan akan selalu menyebalkan!” ujar Jung Ah dengan nada tinggi namun Hyun Soo tidak membalasnya. Ia langsung menyalakan motornya dan mengendarainya pergi dari situ. Lagi-lagi, Jung Ah belum sempat pegangan dan ia langsung refleks memeluk pinggang Hyun Soo. Tidak lama kemudian tangan kanan Jung Ah menutup kaca helm miliknya dan kembali memeluk pinggang Hyun Soo. Hyun Soo langsung melaju menuju suatu tempat yang tidak diketahui Jung Ah sebelumnya. Setengah jam kemudian mereka sudah sampai ditempat yang Hyun Soo tuju. Jung Ah turun dari motor dan melepaskan helmnya dengan raut wajah kebingungan bercampur kesal.


“Ini rumah kau? KENAPA KAU TIDAK MEMULANGKANKU???!!” Jung Ah berteriak sebal ketika ia sudah membuka helmnya dan menyadari ia tidak berada ditempat yang ia kenal. Hyun Soo buru-buru menutup mulut Jung Ah dengan telapak tangannya.


“Kita berlatih dahulu. Nanti kau akan kuantar pulang.” balas Hyun Soo santai. Lalu ia berjalan memasuki rumahnya melalui pintu depan rumahnya. Jung Ah mengikuti dibelakangnya.


“Kenapa kita tidak berlatih disekolah saja?” tanya Jung Ah dengan volume kembali normal sambil melihat-lihat sebagian isi rumah Hyun Soo yang mewah dan besar.


Wonji ansemnida. Aku mau mandi dan makan.” jawab Hyun Soo santai sambil terus berjalan melewati Grand Piano hitam miliknya. Jung Ah batal membalas ucapan Hyun Soo dan berhenti didepan Grand Piano milik Hyun Soo seraya berdecak kagum.


“Mainkanlah. Aku mau mandi dulu. Jamsi gidariseyo.” lanjut Hyun Soo lalu ia pergi meninggalkan Jung Ah sendirian diruang tamu rumahnya yang luas dengan langit-langit yang tinggi. Langsung saja jari-jari Jung Ah menelusuri setiap jengkal dari Grand Piano milik Hyun Soo dan langsung membuka penutupnya. Ia langsung duduk dengan posisi ternyaman dan memainkan satu lagu: Fur Elise, Ludwig van Beethoven. Jung Ah bermain dengan sangat baik, sesuai dengan dinamika dan tempo yang tertulis dalam partitur lagu tersebut. Ia sangat terbawa suasana hingga ia tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Dan ketika Jung Ah selesai bermain, terdengar tepuk tangan dari arah tangga. Jung Ah langsung mencari arah suara tepuk tangan tersebut dan mendapatkan wanita setengah baya sedang berjalan menuju arahnya dari tangga besar dan megah didekat Grand Piano milik Hyun Soo.


“Kau bermain sangat manis sekali. Kau pasti adik kelas yang Hyun Soo ceritakan padaku. Iremi muosimnika?” tanya wanita setengah baya tersebut kepada Jung Ah.


“Annyonghaseyo. Lee Jung Ah imnida. Mannaso bangabsemnida.” jawab Jung Ah sopan setelah ia berdiri dan membungkuk seperti yang diajarkan ibunya pada dirinya. “Ahjumma... Ibu Hyun Soo ssi?” lanjut Jung Ah. Wanita itu mengangguk pelan.


“Bermainlah lagi. Bisakah kau memainkan lagu ini?” tanya Ibu Hyun Soo sambil memberikan Jung Ah beberapa lembar partitur yang ia ambil dari atas piano itu. Memang diatas piano itu tersusun rapi kertas-kertas partitur milik Hyun Soo. Jung Ah menerima partitur itu dan mengangguk sambil tersenyum. Tidak sampai satu menit, Jung Ah langsung memainkan lagu yang diminta Ibu Hyun Soo: Moonlight Sonata, Ludwig van Beethoven. Selesai memainkan lagu itu dengan sangat baik, Ibu Hyun Soo kembali bertepuk tangan.


“Kau memang hebat, aku yakin konser sekolah kalian akan berjalan sukses. Ahjumma harus pergi dahulu, kau berlatih dengan Hyun Soo saja ya. Maaf aku tidak bisa menemanimu.” ucap Ibu Hyun Soo yang memang sudah berpakaian rapi dan juga membawa tas pergi.


Ne. Josimae, ahjumma. To bweibgessemnida.” balas Jung Ah sambil tersenyum dan Ibu Hyun Soo hanya membalasnya dengan senyum lalu ia pergi meninggalkan Jung Ah sendirian lagi. Jung Ah penasaran dengan tumpukan kertas-kertas partitur diatas piano Hyun Soo dan ia langsung mengambil tumpukan itu dan melihatnya satu persatu.


Oh, lagu-lagu konser sekolah besok, kupikir lagu-lagu lain.” gumam Jung Ah dalam hati sambil terus membalik kertas tersebut satu-persatu. Namun tiba-tiba tangannya berhenti membalik kertas-kertas itu. Ada 2 kertas yang tidak dicetak tetapi ditulis dengan tangan.


“Lagu apa ini? Sepertinya lagu ciptaan Hyun Soo.” Jung Ah kembali bergumam seraya mencabut kertas tersebut dari kawanannya. Tumpukan kertas lainnya ia kembali taruh diatas piano, sementara dua kertas yang ia ambil ia taruh didepannya. Ia membacanya perlahan-lahan dan mencoba memainkannya.


YAH! Siapa suruh kau memainkan lagu itu?” tiba-tiba terdengar suara Hyun Soo dari arah belakang. Jung Ah buru-buru menaruh kertas itu kembali ke tumpukannya.


“Jika kau tidak ingin ada yang memainkannya, sebaiknya tidak kau letakkan disini.” balas Jung Ah sambil menekan asal tuts piano.


“Kau yang sebaiknya tidak menyentuh barangku tanpa izin dariku.” Hyun Soo lagi-lagi tidak mau kalah dengan ucapan Jung Ah.


“Baiklah, maafkan aku.” ucap Jung Ah lalu ia duduk membelakangi piano dan mendapati Hyun Soo dengan tangan kirinya mengusap-usap kepala dengan handuknya dan tangan kanannya sedang menuang air putih dari teko di bar kecil didapur. Lalu Hyun Soo berjalan ke arah Jung Ah dan memberikan segelas air putih pada Jung Ah.


Gomawoyo.” ucap Jung Ah dan ia langsung meminum air putih itu hingga tersisa seperempat gelas.


“Dasar unta.”


“Tsk, diam kau. Ayo cepat latihan, aku ingin pulang. Pasti eomma sudah menunggu ku di rumah.”


“Kau tidak minta ijin latihan dirumahku?” tanya Hyun Soo. Jung Ah menggelengkan kepalanya.


“Gunakan ponselku, bilang kau sedang latihan dirumahku dan nanti akan kuantar kau pulang.” lanjut Hyun Soo seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memberikannya pada Jung Ah. Jung Ah menerima ponsel itu dan menekan nomor telepon rumahnya.


“Yoboseyo?”


Eomma, Jung Ah imnida. Aku pulang agak telat hari ini.”


“Kau mau kemana? Jangan pulang terlalu malam. Kau harus menjaga stamina mu, araesso?”


Ara, eomma. Aku akan latihan lebih lama dari biasanya. Nanti Hyun Soo yang akan mengantarkan ku pulang.”


“Hyun Soo?”


“Teman duetku.”


“Ooh, baiklah. Kau jangan lupa makan ya.”


Ne, eomma.” ucap Jung Ah dan ia menggeser slide ponsel Hyun Soo kebawah lalu memberikan kepada pemiliknya.


“Biar kutebak, pasti ibumu menyuruhmu agar tidak telat makan, benar kah?” tanya Hyun Soo.


“Kurang lebih seperti itu.” jawab Jung Ah yang refleks memegang perutnya yang terasa lapar.


“Ayo makan dulu saja, aku tidak mau sampai kau sakit lalu ibumu menuduhku tidak memberikan makan padamu. Tadi aku lihat sekilas dimeja dapur Eomma membuat sesuatu yang kelihatannya lezat.” Hyun Soo berjalan menuju dapur diikuti Jung Ah sambil membawa gelas yang tadi diberikan kepadanya. Lalu mereka pun duduk berhadapan dan langsung menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Ibu Hyun Soo. Jung Ah menyantapnya dengan cepat.


“Kau ini sebenarnya unta atau hamster?” ledek Hyun Soo setelah ia menelan makanan dalam mulutnya seraya memperhatikan Jung Ah.


“Diam kau, aku ini kelaparan. Mmm masakkan ibumu enak sekali.” balas Jung Ah dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.


“Dasar bocah ini, selesaikan saja dulu makanmu baru bicara.” ucap Hyun Soo dan ia kembali menyuap makanan kedalam mulutnya dan mereka kembali dalam keheningan. Dalam 10 menit Jung Ah sudah menghabiskan makanannya dan menegak habis air putih dari gelasnya.


“Fuuh, kenyang sekali...” gumamnya.


“Jelas saja kenyang, porsi mu seperti kuli.” balas Hyun Soo yang juga sudah menghabiskan makanannya.


“Diam kau. Nah, kalau sudah seperti ini sekarang aku bisa fokus latihan.”


“Alibi... Baiklah, kau tunggu disana aku mau mencuci dan membereskan meja makan dahulu.”


“Biar ku bantu.” Jung Ah mulai mengambil mangkuk, sumpit dan sendok yang ia gunakan lalu membawanya ke wastafel dapur untuk dicuci.


“Sudah kubilang kau tunggu saja disana, lagipula aku sudah biasa melakukannya sendiri.” Hyun Soo menggeser Jung Ah dari depan wastafel dapur dan mulai memakai sarung tangan dan menyalakan kran. Ia mulai mencuci peralatan makan yang ia dan Jung Ah gunakan. Jung Ah tetap berada di sisi Hyun Soo dan memperhatikan lelaki itu mencuci.


“Wooooow, tidak kusangka, ternyata kau cukup mandiri juga yah...” ujar Jung Ah sambil tetap memperhatikan Hyun Soo mencuci.


“Kenapa? Kau seperti baru pertama kali melihat orang mencuci piring saja.”


“Memang, aku baru pertama kali melihat seorang laki-laki mencuci piring. Adikku saja tidak pernah, apalagi ayahku.” Hyun Soo hanya tersenyum mendengar Jung Ah berceloteh disampingnya seperti saat ini.


“Ah ya, Hyun Soo, lagu tadi, itu ciptaanmu sendiri? Sepertinya belum selesai ditulis...” Jung Ah kembali bersuara.


Ne, wae?”


Aniyo~ aku juga baru tahu ternyata kau bisa menulis lagu. Tuliskanlah lagu untukku, Hyun Soo!” Jung Ah menarik lengan baju Hyun Soo perlahan sambil memasang raut wajah memohon. Hyun Soo berhenti mencuci, ia menoleh ke arah Jung Ah.


Wonji ansemnida.” ucap Hyun Soo singkat lalu ia kembali mencuci. Jung Ah refleks merengut seperti anak kecil. Hyun Soo melihat wajah Jung Ah dan terkekeh sendiri.


“Kau, sekarang sudah menjadi penggemarku ya? Setahuku, kau adalah wanita yang tercuek dan tidak peduli padaku sama sekali di sekolah.” sambung Hyun Soo.


“Tsk! Aniyo~! Bukan begitu.” balas Jung Ah cepat lalu ia pergi meninggalkan Hyun Soo sendirian didapur menuju ruang tamu.


“Hey Jung Ah, kau marah padaku?” tanya Hyun Soo dari dapur sambil berteriak. Ia sudah selesai mencuci piring dan bergegas menyusul Jung Ah yang sedang menekan tuts-tuts piano dengan asal.


Yah! Lee Jung Ah, kau marah padaku?” Hyun Soo mengulang pertanyaannya. Jung Ah menggeleng perlahan lalu ia memberi tempat untuk Hyun Soo duduk disebelah kirinya.


Gojitmal.” ucap Hyun Soo pelan sebelum mereka memulai permainan piano duet mereka.


“Untuk apa aku bohong padamu.”


“Sudahlah, jujur saja, kau marah padaku?” tanya Hyun Soo. Jung Ah diam tidak menjawab. “Geraeyo... Aku minta maaf padamu. Akan kubuatkan lagu untukmu. Tapi sekarang kau jangan marah padaku lagi, ok?” lanjut Hyun Soo. Kali ini dia yang berbicara dengan nada memohon.


“Kau pikir aku anak kecil? Tidak usah, hanya merepotkanmu saja. Lagipula aku kekenyangan, buka marah padamu.” balas Jung Ah berbohong. Dalam hati kecil Jung Ah, jelas ia iri sekali dengan orang yang menjadi inspirasi Hyun Soo dalam menulis lagu.


“Baiklah, aku sudah berbaik hati tetapi kau menolak. Kali ini, ini salahmu. Sekarang, ayo kita latihan.” ucap Hyun Soo lalu ia mengambil partitur dari atas Piano nya dan menaruh didepan mereka berdua, ditempat yang memang disediakan untuk menaruh partitur. Dan mereka langsung berlatih dan fokus pada bagiannya masing-masing.


***


Gomawoyo, Hyun Soo.” ucap Jung Ah ketika ia sudah turun dari motor dan melepas helm nya dipinjamkan Hyun Soo padanya. Hyun Soo hanya tersenyum kecil. “Kalau begitu, aku masuk dulu ya. Josimae.” lanjut Jung Ah lalu ia membuka pagar rumahnya dan segera berjalan masuk kedalam sebelum Hyun Soo menghentikan langkahnya.


Jamsi gidariseyo, Jung Ah.”


Wae?” tanya Jung Ah. Ia kembali berbalik badan dan memperhatikan Hyun Soo.


“Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Terima kasih untuk hari ini, Jung Ah.” jawab Hyun Soo dengan nada suara yang berbeda. Terdengar lirih dan sedikit malu. Sesaat, keduanya tidak saling bicara. Hyun Soo menunggu balasan dari Jung Ah.


“Oooh... Aku kira kau akan berbicara apa. Baiklah, sampai jumpa di klub musik besok.” balas Jung Ah lalu ia tersenyum dan masuk meninggalkan Hyun Soo yang masih duduk diatas motornya didepan rumah Jung Ah. Hyun Soo terdiam sesaat lalu ia menutup kaca helmnya dan pulang kembali ke rumahnya. Dalam waktu 15 menit Hyun Soo sudah sampai dirumahnya dan saat ini ia sedang bermalas-malasan dikursi malas yang diikat pada dua tiang di balkon lantai dua rumahnya sambil membaca kertas-kertas partitur yang ia buat sendiri. Lalu, ia mengambil ponsel dari sisi tubuhnya dan menelepon seseorang.


Yoboseyo...” terdengar suara diseberang telefon.


“Min Hae-ah, bagaimana pertandingan tadi?”


“Menurut kau?”


“Kita menang.”


“Dasar kau ini percaya diri sekali. Tidak, kita tertinggal 1 point.”


MWO?!”


“Betul, sebenarnya aku ingin menyalahkanmu, karena setelah kau pergi semangat dilapangan jadi sangat berkurang. Tapi aku berpikir netral. Ini bukan salahmu, selama pertandingan mereka terlalu mengandalkanmu sampai kau kecelakaan seperti itu.”


“Aiissh, sebenarnya aku jatuh juga karena kesalahanku. Benar kata Jung Ah, sepertinya aku bermain terlalu agresif. Mungkin tadi aku berpikir aku adalah manusia turbo.” Hyun Soo tertawa kecil sendiri dengan ucapan yang baru saja ia katakan.


“Memang, kau tadi bermain seperti dikejar hantu. Kenapa? Kau berantem dengan Jung Ah saat break tadi?”


Aniyo~.”


“Pasti lagi-lagi kau keras kepala.” celetuk Min Hae dan membuat Hyun Soo terdiam. “Hyun Soo? Are you still there?” Min Hae kembali bersuara setelah tidak ada tanggapan dari Hyun Soo tentang kata-kata terakhirnya.


Ye~. Sudah ya, Min Hae, aku ingin tidur.” ucap Hyun Soo berbohong.


Geraeyo.”


Klik. Hubungan telepon terputus. Hyun Soo tidak beranjak dari kursi malasnya. Ia justru mengambil papan untuk alas menulis dan pensil dari meja kecil disampingnya lalu kembali melanjutkan karya nya yang belum terselesaikan.


Ibu Hyun Soo baru saja tiba dirumahnya dan langsung berjalan menaiki tangga. Ia menghampiri balkon lantai dua dan melihat Hyun Soo yang tertidur dikursi malas dengan kertas-kertas berserakan di lantai dan ada juga yang berada didalam dekapannya.


“Hyun Soo..” Ibu Hyun Soo mencoba membangunkan anak tirinya itu. Hyun Soo bergerak perlahan dan sedikit menggeliat. Kertas dan papan yang berada didalam pelukannya pun jatuh ke lantai. Ia membuka matanya perlahan dan mendapatkan ibunya berdiri disisinya.


Eomma, sudah pulang daritadi?”


Aniyo~. Sebaiknya kau bereskan kertas-kertas ini lalu tidur dikamarmu. Hari ini kau sepertinya melakukan banyak hal.”


Geraeyo.” Hyun Soo mulai bangun dari kursi malasnya dan memungut satu persatu kertas yang berserakan di bawah kursi malasnya. Kertas-kertas dari karya nya yang gagal, yang tidak sesuai dengan keinginannya. Lalu ia memungut kertas terakhir yang tersisa, yang masih terjepit dipapan alas menulis. Ia melepas kertas itu dari papan, meletakkan papan di meja kecil dan membawa masuk kertas itu. Sementara kertas-kertas yang lain ia taruh di bawah papan alas itu. Ia menutup pintu balkon dan berjalan memasuki kamarnya. Di dalam kamar, ia menaruh kertas itu bersama dengan dua kertas lainnya yang sudah dilihat oleh Jung Ah tadi siang.


“Dasar bodoh, kau tidak tahu aku menulis ini untukmu?” gumam Hyun Soo sendiri lalu ia pun bergelung dengan guling dan selimutnya.


To be continue... :)


***


Footnote:

Wonji ansemnida: tidak mau

Jamsi gidariseyo: tunggu sebentar

Iremi muosemnika: siapa namamu?

Mannaso bangabsemnida: senang berjumpa dengan anda

Ahjumma: bibi/tante

Josimae: hati-hati

To bweibgessemnida: sampai jumpa lagi

Gomawoyo: terima kasih

Gojitmal: bohong

04 July 2011

Sonia Eryka's First Giveaway!

Hello guys! How's your holiday? To fill your holiday, I suggest you to follow this:

SONIA ERYKA'S FIRST GIVEAWAY!


Don't miss it! You can win shopping vouchers from head-to-toe from the best international store! Curious? Excited? Click HERE

I follow this giveaway too, so wish me luck too :p

01 July 2011

New Project

Hello readers... And hello July :)

I hope in this month everything will be better than before. Yeah, I think June isn't my month at all. Okay forget about June and all problems, now let's talk about what I called: project. So, I decided to join with my fellas for make a movie, a movie about Love. I won't tell the synopsis, cause for me if I tell to you now, it'll be same like I tell you the story. There's no synopsis (maybe) cause this movie only 10 minutes! Yesss. Curious? I'll give sneak peak to you, later. This project will begin next week, but yesterday me and my team already survey some location for our set. And we already did some preparation about what we need for this movie, who'll be the talent and blablabla... :)

27 June 2011

Extreme Things

Today, with my bitches.

Lunch (Kemiri), Gossips (J.Co) and Watch: Insidious. What an extreme movie with extreme sounds effect and extreme-shocked pictures. When I watched, 95% I just see the SUBTITLE.

Random Thought, Important Things




one of my favorite: clogs

SHOES! SHOES! SHOES!

Yeah, they are just my old photos, taken when I went to Pondok Indah Mall (PIM) with my mother before my final exam. And now I just wanna share with you all about what I love: shoes. I really wanna have time to buy every shoes I like and wear them in right place, right time, right moments... Yayaya, when I wanna buy a pair of shoes, my mom will ask me: "when are you going to use it? Where are you going to use it? I just don't wanna some people make some stupid rumor just because your shoes or what... (and blablabla)." Yeah. So I'm waiting till I have the right time to buy and use it! Maybe in my concert? :) or when I do my own photoshoot? :)

25 June 2011

[Part 4] Music, Dream and Love

Jung Ah masih menunggu bus di halte dekat sekolahnya. Saat itu bus sedang tidak ramai tapi entah mengapa Jung Ah tidak ingin segera pulang kerumahnya. Ia masih duduk sambil meminum satu minuman yang ia bawa untuk latihan. Tersisa 5 kaleng minuman ditas kecilnya. Tiba-tiba saja ketika ia sedang asyik menikmati minumannya, seseorang mengambil tas sekolah miliknya yang sengaja ia taruh dibangku sebelah dirinya.


YAAAAH!! KAU! Kembalikan tas sekolahku!” teriak Jung Ah langsung berdiri dan berlari mengejar pencuri tas nya sambil membawa tas kecil miliknya ditangan kirinya. Minuman yang sudah ia minum terpaksa ia tinggalkan di halte. Pencuri tas itu terus berlari sampai akhirnya ia berhenti dekat motor sport berwarna hitam.


“SIAPA KAU?! Kembalikan tas ku atau kupanggilkan polisi!” teriak Jung Ah. Sedetik kemudian, pencuri tas itu membuka helm nya.


“KIM HYUN SOO????!!!” Jung Ah berteriak tidak percaya. Pelipis Hyun Soo terlihat berkeringat.


“Bisakah kau tidak berteriak? Suaramu cukup menyiksaku!” ucap Hyun Soo sambil memperhatikan Jung Ah yang masih kebingungan dan memasang wajah ‘apakah-itu-beneran-kau-Hyun-Soo’.


“MENYIKSAMU? Kau yang menyiksaku! Minuman ini! Lalu berlari-lari seperti orang bodoh!” Jung Ah kembali bersuara dengan nada tinggi sambil mengangkat-angkat tinggi tas kecil ditangannya. “5 KALENG UNTUKMU, HYUN SOO SSI!” lanjutnya dengan nada yang sama.


YAH! Jangan asal tuduh kau! Dengarkan, pertama, kau membuatku dihukum oleh Guru Jang karena ketauan membalas pesanmu dalam kelasnya, kedua, kau membuatku berlari-lari dengan menggunakan helm dan jaket kulit yang panas ini hanya demi memintamu untuk tidak pulang!”


“Hanya itu saja?” tanya Jung Ah menantang.


“Ketiga, kau membuang waktuku saat ini! Cepat naik!” ucap Hyun Soo sambil menaikki motor sport miliknya. Tas Jung Ah berada di atas punggungnya saat ini.


“Tas ku...”


“Tidak akan ku kembalikan jika kau masih saja tidak mau menuruti perintahku! Cepatlah naik, Jung Ah!” Hyun Soo terdengar tidak sabar. Jung Ah belum berkutik. Ia memperhatikan Hyun Soo yang sedang memakai helm dari ujung kepala hingga kakinya.


“Kau, akan bertanding basket? Sejak kapan kau menjadi tim inti?” tanya Jung Ah.


“Jangan banyak tanya. Cepatlah naik. Waktu kita tidak banyak. Aku akan melaju cepat, kau sebaiknya berpegangan padaku.” ucap Hyun Soo sambil memberikan helm kepada Jung Ah. Jung Ah memakai helmnya dan langsung duduk dibelakang Hyun Soo. Namun Hyun Soo tidak langsung berangkat.


“Jung Ah, kau tidak mendengar perintahku tadi?”


Wonji ansemnida.” balas Jung Ah cepat.


Geraeyo.” ucap Hyun Soo dan ia melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi yang membuat Jung Ah refleks memeluk Hyun Soo. Terlihat dari balik helmnya Hyun Soo tersenyum kecil sementara Jung Ah memasang wajah sebal, namun sedetik kemudian ia tertawa geli sendiri melihat Hyun Soo memakai tas sekolahnya yang modelnya sangat tidak cocok dengan Hyun Soo.


* * *


Tidak sampai 10 menit motor Hyun Soo sudah terparkir di lapangan parkir dekat lapangan basket tempat ia akan bertanding. Jung Ah buru-buru turun dari motor Hyun Soo dan memberikan helmnya pada Hyun Soo.


“Kau terlihat lucu, Hyun Soo.” ucap Jung Ah sambil tertawa kecil. Tas miliknya masih bersandar di punggung Hyun Soo dan Hyun Soo tidak menyadarinya.


“Apanya yang lucu? Kau memang tidak pernah melihatku memakai baju basket?” tanya Hyun Soo sambil membuka helm dan mengunci motornya. Ia langsung berjalan dan Jung Ah langsung buru-buru menyamai langkahnya.


“Kau tidak merasa berat?” tanya Jung Ah. Tas kecil berisi minuman itu pun tidak lupa dia bawa ditangan kirinya.


“Tidak. Kau ini berbicara apa sih? Aku tidak mengerti.” ujar Hyun Soo sambil terus berjalan memasuki lapangan basket. Terlihat tim basketnya sudah berada disana, ada yang sedang pemanasan dan ada juga yang sedang duduk-duduk menunggu pertandingan dimulai.


“Kau duduk di sayap kanan saja, duduklah di baris pertama dan dibelakang tim basket sekolah kita, agar aku gampang meminta minum padamu dan aku dapat melihatmu dengan jelas.” kata Hyun Soo kepada Jung Ah yang matanya sibuk menginterogasi lapangan basket indoor tersebut.


“Tsk, untuk apa kau melihatku? Fokus saja pada pertandingan basketmu itu. Tenang, minuman ini tidak akan aku minum.” balas Jung Ah setelah selesai melihat sekitarnya. Hyun Soo tidak berekspresi apa-apa dan langsung berjalan meninggalkan Jung Ah.


“Hyun Soo!” teriak Jung Ah memanggil. Hyun Soo menengok dan melihat Jung Ah menunjuk-nunjuk sesuatu pada dirinya.


Mwo?” tanya Hyun Soo sambil mendekati Jung Ah kembali.


“Kembalikan tasku, bodoh.” jawab Jung Ah senang. Wajah Hyun Soo langsung memerah dan ia langsung buru-buru melemparkan tas milik Jung Ah kepada pemiliknya.


“Puas kau menertawaiku daritadi, Jung Ah?” tanya Hyun Soo sebal. Jung Ah hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecil dan buru-buru meninggalkan Hyun Soo.


“Hyun Soo-ah! Akhirnya kau datang! Cepatlah pemanasan dengan Min Hae dan yang lain.” ujar pelatih tim basket sekolahnya, pelatih Song.


Ne, sonsaengnim.” jawab Hyun Soo dan ia langsung bergabung dengan anak-anak yang sedang pemanasan dengan Min Hae. Sementara itu Jung Ah langsung duduk sesuai yang diminta dengan Hyun Soo, diantara beberapa teman dan kakak kelasnya yang sengaja datang untuk mendukung sekolahnya di pertandingan persahabatan hari ini.


Kurasa jika tidak ada Hyun Soo, perempuam-perempuan ini tidak akan ada disini. Dasar, semuanya sama saja.” ujar Jung Ah dalam hati memperhatikan beberapa teman-teman dan juga kakak kelasnya yang sibuk berteriak-teriak sesekali menyebut nama sekolahnya, nama Hyun Soo maupun pemain lainnya.


Dan kau, Hyun Soo, kau memang pandai sekali menarik perhatian.” lanjut Jung Ah.


“Lee Jung Ah? Kau juga menonton pertandingan ini? Tumben sekali...” sapa seseorang kakak kelasnya. Jung Ah tidak begitu mengenalnya, ia hanya manggut-manggut saja sambil tersenyum.


“Apa kau tidak melihat tadi ia datang bersama Hyun Soo oppa!” ujar teman kakak kelasnya itu dengan nada heboh. Mereka berdua duduk di belakang Jung Ah.


“Pantas saja dia ada disini. Biasanya aku melihatnya didepan piano diruang musik.” balas kakak kelasnya yang tadi menyapa dirinya. Selanjutnya Jung Ah mengacuhkan percakapan kedua kakak kelasnya itu, dan juga teman-teman atau kakak kelasnya yang berada didekatnya, yang sedang membicarakan bintang lapangan hari ini, Kim Hyun Soo.


* * *


Hyun Soo dan kawan-kawan satu tim nya sudah selesai pemanasan dan juga mendengarkan strategi dari pelatih Song. Sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai dan Hyun Soo langsung memasuki lapangan dengan sambutan meriah dari teman-teman dan juga adik kelasnya. Hyun Soo berdiri diposisinya lalu ia langsung mencari Jung Ah dan mendapatkannya di tempat duduk yang sesuai dengan permintaannya. Dari tempat duduknya Jung Ah melihat Hyun Soo seperti menunjuk-nunjuk dirinya dari lapangan.


Aku?” ujar Jung Ah menatap mata Hyun Soo tanpa bersuara sambil menunjuk dirinya sendiri. Hyun Soo terlihat mengangguk dan mulutnya mengucapkan “Say, fighting” dan tangannya mengepal diudara, menunjukkan gerakan Fighting. Jung Ah berpikir sejenak dan ia langsung menangkap maksud dari Hyun Soo.


Aja aja fighting!” ujar Jung Ah kepada Hyun Soo tanpa bersuara dan dengan gerakan yang sama persis diminta oleh Hyun Soo. Jari telunjuk dan ibu jari Hyun Soo langsung membentuk tanda “Oke” diikuti dengan senyuman. Semua melihat Hyun Soo tersenyum langsung berteriak heboh.


Ah, dia berbicara pada siapa itu? Kepada Jung Ah, kah?” terdengar bisikkan-bisikkan iri dari belakang Jung Ah. Ternyata mereka melihat kejadian itu. Jelas saja, Hyun Soo berdiri ditengah lapangan dan melakukan hal yang memalukan menurut Jung Ah. Pertandingan basket pun dimulai dan dalam sekejap lapangan basket indoor itu menjadi sangat ramai dan heboh. Kubu lawan juga tidak kalah membawa supporter yang banyak, yang rata-rata perempuan semua. Jung Ah juga sibuk sendiri, sibuk memperhatikan kemanapun Hyun Soo berlari.


Baru pertama kali aku melihatmu bermain basket dengan jelas seperti ini. Dan kau terlihat hebat.” gumam Jung Ah dalam hatinya. Dan tanpa ia sadari, matanya bertemu dengan mata Hyun Soo yang sedang melihat kearahnya. Hyun Soo tersenyum dan Jung Ah langsung salah tingkah sendiri. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya. Dan lagi-lagi perempuan-perempuan dibelakang Jung Ah berteriak histeris.


“Dia tersenyum! Manis sekali!” salah satu kalimat yang terdengar Jung Ah. Jung Ah memasang raut wajah datar.


Satu babak telah berlalu dengan skor yang beda tipis. Sekolah mereka tertinggal 4 poin. Semua pemain kembali ke sisi kanan lapangan dan langsung diberi pijatan dan juga minuman. Hyun Soo mengelap keringatnya dan meminum minuman yang diberikan Min Hae.


“Kita istirahat selama 5 menit. Setelah itu kita akan memulai babak kedua. Akan ada pergantian pemain.” ujar Min Hae berteriak kepada tim nya.


“Min Hae-ah, aku pamit sebentar ya.” ujar Hyun Soo berbisik disebelah Min Hae dan langsung berlari ke balkon penonton. Min Hae tidak sempat menjawab dan hanya melihat kemana arah Hyun Soo berlari, dan ia tersenyum kecil sendiri. Hyun Soo menyusuri barisan pertama menuju tempat duduk Jung Ah dan tentunya melewati beberapa perempuan yang merupakan teman-temannya dan juga adik kelasnya yang heboh ketika Hyun Soo lewat. Namun Hyun Soo tetap cuek dan berjalan terus sampai didekat Jung Ah dan langsung duduk disebelah Jung Ah yang sedang sibuk dengan ponselnya.


“Bagaimana permainanku?” tanya Hyun Soo sambil kembali mengelap kembali keringatnya.


“Keren. Tidak kusangka kau bisa bermain basket sebagus itu.” jawab Jung Ah.


“Akhirnya kau memujiku. Bukakanlah minum untukku, Jung Ah.” pinta Hyun Soo. Jung Ah meletakkan ponsel dipangkuannya dan mengambil 1 kaleng minuman dari tas nya lalu melemparkannya ke arah Hyun Soo. Hyun Soo menangkapnya tepat didepan dadanya.


“Buka sendiri. Kau kan punya tangan.” ujar Jung Ah dan ia kembali mengutak-atik ponselnya.


“Kau ini, semua wanita ingin membukakan minum untukku, tapi kau sama sekali tidak. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu.” kata Hyun Soo seraya membuka penutup minuman kaleng itu dan menegaknya dalam waktu kurang dari 2 menit.


“Tsssskkkk! Yah! Justru aku yang tidak mengerti jalan pikiran mereka. Dan kau, jangan kege-er-an, mentang-mentang kau populer dan mempunyai banyak penggemar.” balas Jung Ah cuek. Hyun Soo mengambil lagi 1 kaleng minuman dari tas kecil Jung Ah dan menegaknya lagi sampai habis.


“Dasar unta, kau meneleponku hingga 10 kali?!” tanya Jung Ah yang cukup terkejut melihat list panggilan tak terjawab.


“Jangan membalikkan fakta. Aku minum karena aku haus sehabis bermain basket. Lagipula siapa suruh kau matikan ponselmu?” Hyun Soo tidak mau kalah berargumen.


“Kau tidak tau, aku sudah menunggumu selama lebih dari 5 menit didepan gerbang sekolah dan kau tidak memberikan kabar apapun padaku. Jadi aku matikan saja ponselku.” balas Jung Ah santai. Ia pun mengambil 1 kaleng minuman, membukanya dan meminumnya perlahan.


“Kau memang payah. Kau pikir aku bisa langsung ada didepan gerbang sekolah begitu bel berbunyi? Tadi aku mendengarkan briefing dahulu dari pelatih Song. Salahkan saja dia.” ucap Hyun Soo dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Matanya menatap Jung Ah yang terkesan cuek dan tidak memperhatikannya ketika sedang berbicara dengan dirinya.


“Tidak ada alasan. Kau bisa mengirimkan ku pesan. Pada akhirnya, terbukti kan, kau yang merepotkan dirimu sendiri. Kalau kau mengirimkan pesan padaku, akan kutunggu dan kau tidak perlu menjadi pencuri tasku.” Jung Ah tidak mau kalah berdebat dengan Hyun Soo. Keduanya memang sama-sama keras kepala.


Hyun Soo tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan Jung Ah dengan membawa 1 kaleng minuman dari tas Jung Ah. Tidak ada ucapan terima kasih atau apapun. Jung Ah hanya memperhatikan Hyun Soo yang berjalan terus menuju lapangan. Ternyata perempuan-perempuan yang duduk dekat Jung Ah daritadi berusaha untuk mendengar percakapan mereka berdua dan setelah Hyun Soo pergi, mereka berbisik-bisik sambil melihat ke arah Jung Ah.


“Mereka bertengkar?”


“Jung Ah memang payah.”


“Perempuan bodoh.”


Beberapa bisikan didengar oleh Jung Ah dan ia langsung menoleh ke belakang. Semua perempuan itu langsung diam seakan-akan tidak ada apa-apa. Dan ketika Jung Ah kembali menghadap kedepan, mereka kembali berbisik-bisik.


* * *


Babak kedua dimulai dan Hyun Soo tetap bermain, walaupun ada beberapa pergantian pemain dan juga pergantian strategi. Skor terus kejar-mengejar, sehingga para supporter pada siang itu saling meneriakkan nama sekolah mereka dan juga pemain favorit mereka. Jelas, nama Hyun Soo lah yang paling terdengar jelas. Lagi-lagi, Jung Ah tanpa sadar memperhatikan kemanapun Hyun Soo berlari dan membawa bola. Pada babak kedua, Hyun Soo bermain lebih cepat dan agresif. Gerakannya lebih cepat daripada babak sebelumnnya yang menurut Jung Ah lebih santai. Jung Ah berpikir, apakah ini salah satu strategi dari pelatih Song atau ia terbawa emosi ketika berdebat dengan dirinya. Jung Ah merasa bersalah pada dirinya sendiri dan ia mulai khawatir. Tidak seharusnya ia berdebat ketika Hyun Soo sedang bertanding seperti ini. Jung Ah mengenal Hyun Soo sebagai seseorang yang gampang naik turun emosinya, ia mengenalnya dari beberapa kali latihan bersamanya, Hyun Soo gampang marah padanya, namun dalam sekejap bisa langsung baik padanya. Perhatian Jung Ah semakin fokus kepada Hyun Soo yang tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan ketika berlari dan jatuh. Permainan berhenti seketika dan semua berteriak, terutama penggemar Hyun Soo. Semua berdiri untuk mengetahui keadaan Hyun Soo. Pelatih Song, Min Hae dan petugas medis langsung berlari menuju lapangan untuk mengobati Hyun Soo. Ternyata kaki Hyun Soo kram dan petugas medis langsung membawa tandu untuk mengangkat Hyun Soo dari lapangan dan pertandingan bisa terus dilanjutkan. Jung Ah langsung buru-buru turun dari balkon penonton dan berlari ke arah Hyun Soo yang sedang ditidurkan diatas tandu. Tanpa ragu ia langsung menyeruak diantara kerumunan pemain tim sekolahnya dan ia berjongkok disisi tandu Hyun Soo.


“Arrrgh!” teriak Hyun Soo menahan rasa sakit dari kakinya yang kram secara tiba-tiba. Pelatih Song langsung membentuk huruf “T” dengan kedua tangannya dan wasit memberikan waktu selama 3 menit.


“Hyun Soo, kau tidak apa-apa?” tanya Jung Ah meyakinkan Hyun Soo. Tangan kiri Hyun Soo langsung memegang tangan Jung Ah dengan kuat ketika mendengar suara Jung Ah dekat dengannya. “Maafkan aku, Hyun Soo..” lanjut Jung Ah dengan nada lirih. Matanya menatap mata Hyun Soo.


“Ah tidak apa-apa. Aku hanya kurang pemanasan. Pelatih Song, kurasa aku tidak bisa bermain lagi” ujar Hyun Soo dengan nafas terengah-engah. Petugas medis menyemprotkan obat penghilang rasa sakit dan langsung mengompres kaki Hyun Soo sementara itu pelatih Song langsung memanggil tim untuk kembali bermain dan memanggil satu pemain cadangan untuk menggantikan Hyun Soo. Akhirnya Hyun Soo bangun dari tandu dan duduk di kursi pemain cadangan, dengan Jung Ah disebelah kirinya. Tangan Hyun Soo sama sekali tidak melepas tangan Jung Ah, memunculkan perasaan iri pada ‘penggemar’ Hyun Soo.


“Tidak apa-apa? Kau bilang tidak apa-apa? Kau tau, kau bermain sangat agresif di babak ini.” ucap Jung Ah mengomeli Hyun Soo. Kembali ke nada bicara Jung Ah yang biasa Hyun Soo dengar setiap latihan. Hyun Soo tersenyum sambil meringis. Rasa kram mulai hilang perlahan dari kakinya.


“Kau memperhatikan permainanku?” tanya Hyun Soo jahil.


“Tsk. Ne~. Wae?” balas Jung Ah sedikit malu.


Aniyo~. Tidak sia-sia aku membawa kau kesini.” jawab Hyun Soo dengan perasaan puas.


“Kau tahu, Jung Ah, untuk pertama kalinya kulihat dia bersikap luwes pada wanita. Biasanya ia cuek dan terkesan seolah-olah hidup didunia yang isinya pria saja.” celetuk Min Hae jahil. Hyun Soo memasang raut wajah masam dan Jung Ah, tanpa ia sadari, tersipu malu sendiri.


“Kau senang membuatku terlihat bodoh didepan dia?” protes Hyun Soo kepada Min Hae.


Aniyo~. Maafkan aku, Hyun Soo-ah, tidak seharusnya aku membiarkan kau bermain dua babak seperti ini.” balas Min Hae dengan raut wajah sedikit menyesal.


“Tidak akan kumaafkan jika kau tidak menonton konser sekolah minggu depan dan tidak duduk dibarisan depan. Lagipula tidak masalah, ini adalah pertandingan terakhirku. Selanjutnya, aku tidak mau bermain basket lagi.” ujar Hyun Soo.


“Kau serius?” tanya Min Hae tidak percaya.


“Tentu saja. Kau tidak ingat apa sebenarnya cita-citaku?”


“Tapi, kau bilang masalah itu...”


“Tsk, sudahlah tidak usah kau pikirkan. Aku boleh pulang duluan? Aku harus latihan dengan Jung Ah.” Hyun Soo memotong ucapan Min Hae. Min Hae mengangguk.


“Kau masih saja ingin latihan. Kita bisa latihan dilain waktu. Sebaiknya kau pulang saja. Aku bisa pulang sendiri.” ucap Jung Ah dengan nada manis, walaupun menurut Hyun Soo nada bicaranya masih sama saja seperti biasanya.


“Kau ini. Waktu itu kau memaksaku untuk segera latihan, tapi sekarang, saat aku ingin latihan, kau justru melarangku.” balas Hyun Soo. Firasat Min Hae mulai tidak enak, sepertinya mereka akan kembali berdebat, seperti yang Min Hae tau sifat dasar dari sahabatnya: keras kepala.


Yah! Yah! Yah! Sebaiknya kalian berdua pulang saja sebelum menghancurkan lapangan ini dengan perdebatan kalian berdua. Cepatlah kau berpamitan dengan pelatih Song, dan kau, Jung Ah, ambil tas mu.” Min Hae memotong sebelum Jung Ah sempat membalas argumen dari Hyun Soo. Langsung saja Hyun Soo beranjak dari kursinya dan berpamitan dengan pelatih Song serta mengambil tas nya, sementara Jung Ah kembali ke balkon penonton, mengambil tas nya dan langsung kembali turun kebawah menyusul Hyun Soo yang terlebih dahulu berjalan keluar dari lapangan. Sebelum ia berjalan lebih jauh keluar dari lapangan, Jung Ah membalikkan badannya dan membungkuk ke arah Min Hae, lalu ia berlari menyusul Hyun Soo. Min Hae tersenyum melihat tingkah sahabat dan juga adik kelasnya yang menurutnya konyol.


“Ini benar-benar pertama kalinya aku melihat Hyun Soo seperti ini.” ujar Min Hae pada dirinya sendiri sambil memperhatikan sahabatnya berjalan keluar dari lapangan, lalu ia kembali duduk disebelah pelatih Song dan kembali memperhatikan jalannya pertandingan dengan notes kecil ditangannya. Sementara itu para penggemar Hyun Soo tidak lagi memperhatikan pertandingan namun melihat Hyun Soo yang berjalan keluar lapangan disusul Jung Ah seraya berbisik-bisik satu sama lainnya.


“Mengapa Lee Jung Ah harus mengikuti kemana Hyun Soo pergi?”


“Beruntung sekali Jung Ah.”


“Mengapa Hyun Soo harus selalu bersamanya?”


***


To be continue... :)


Footnote:

Yah!: Hey!

Wonji ansemnida: tidak mau

Geraeyo: baiklah

Mwo: apa?

Aja aja fighting: (ucapan untuk memberi semangat)