Add Logo PEMILIHAN TOUCH KOREA TOUR PENGALAMAN TIM EVENT

17 July 2011

BlangBlangBlang!

Horizontal Stripes Dress: Kuta Market, Bali-Indonesia
Candy Bangle: Krisna Bali, Indonesia


15 July 2011

New Drama Korea!

They drive me crazy:

DREAM HIGH!

Yup! Mungkin kalian bisa menganggap gue sebagai orang yang gila sama Korea. Mulai dari bahasanya, musiknya dan filmnya. Gue belajar bahasanya secara otodidak (slow but sure :p) terus gue juga ngoleksi lagu-lagu Korea lumayan banyak. Gue suka sama boyband2 Korea. Walaupun gue tidak bisa dikategorikan sebagai fans sejati, tapi gue lebih menyukai diri gue sebagai penikmat musik mereka. Dan gue mengikuti setiap film Korea yang ada di TV. Kalo gue suka gue bakalan beli DVD nya atau nonton di Youtube. Mulai dari BBF, Style, Cinderella's Sister, He's Beautiful, Personal Taste, Pasta, Playful Kiss (dan mungkin ada beberapa yang lupa gue sebut) sampai yang terakhir, yang lagi gue ikutin dan gue gilai: Dream High! Yeeees. The story success drive me CRAZY. Baru baca sinopsisnya aja udah naik turun emosi heboh sendiri. Belum lagi pemain2nya yang keren2: Suzy (Miss A), Ham Eun Jung (T-ara), Lee Ji Eun (atau IU), Taecyeon (2PM), Wooyoung (2PM) dan Kim Soo Hyun. Dan tentunya yang paling gue gilai:

Taecyeon

(Ini menurut gue super unyu. Ada lagi. Banyak. Search google aja :p)

Ceritanya yang ngga datar tapi singkat, terus berhubungan dengan musik.. Ah, susah mendeskripsikannya. Pokoknya saya tergila-gila dengan mereka. Dengan film ini. Dan lirik lagu2nya juga oke. Coba aja di translate into english :D Selamat mencoba...

Energetic Wednesday

Last Wednesday was super energetic day for me! I went to Tebet cause I was selected as top 30 candidates for BE-U Radio's announcer (for see who was also elected into the top 30 candidates, click HERE). BE-U Radio is radio made by Bloop; Endorse and Urbie. I arrived at Endorse on 1.45 p.m and I waited about 15 minutes. On 2 p.m, all candidates called for jointly headed "Bebek Ginyo" Restaurant, which is located across Endorse. Then we go into the meeting room and we waited for 15 minutes till all marketing team comes and the presentation begins. The marketing team introduce their names and then they all told a little story behind Bloop, Endorse and Urbie. They also told their marketing programs which was undertaken and which will run: BE-U Radio. After that, we divided into two large groups. I was in the first group, and all candidates in first group moved into next room. There, we introduced ourselves one by one, then we explain why we wear clothes that we wear at the time.Next, we divided into littler group. In group there's 3 people. I joined with Hongky and Dinda. We were told to create our own radio program, if we are selected as announcer. After we made it, we presentation it and every groups have briliant program. Next, we were told to be announcer with a theme drawn. I got "Widi Vierra" theme. Ahahaha what a random theme :D Next, the judges asked "What will you do if you selected to be Be-U Radio's announcer?" and the last the judges asked "What marketing programs do you plan, so that everyone willing to listen our radio?" Yeah~ It was so tired but overall it was soooooooo awesome! I got new friends, new knowledge and new experience :D . Click HERE if you wanna see the sneak peak and some photos from Bloop-Endorse-Urbie's blog!

14 July 2011

That's Why I Love Lookbook



I love lookbook. Besides I can share what I wore and look for another style around the world, I can meet new friends, a friend with great style and good looking like Konstantina. I very adore her :3 and in Lookbook we can hype looks that we like, we can put comment and we can make a new friend relationship. I love lookbook! :)

11 July 2011

Holiday, Experience, Career!

Jadi kali ini gue akan bercerita tentang pengalaman gue sebagai guru. Merasakan gimana capeknya, susahnya, senangnya jadi seorang guru. Memang bukan guru buat pendidikan formal, tetapi basically semua guru mengajarkan ilmu yang berguna buat masa depan, kan? :) Gue disini ngajar piano, anggep aja gue itu sebagai guru pengganti/guru piano freelance. Gue memang belum bisa dibilang menjadi guru resmi karena gue belum ujian/audisi khusus utk jadi guru. Tapi, gue bersyukur ternyata gue sudah bisa dipercayakan menjadi guru pengganti. Kadang ngegantiin guru lain kadang ngegantiin guru gue sendiri. Gue jadi guru pengganti itu udah lama, sejak kelas 3 SMP. Dulu biasa gantiin guru gue sendiri yang profesi sampingannya itu dokter. Tapi berhubung dia pindah dan gue ganti guru, jadi gue sempet vakum jadi guru pengganti. Nah, liburan kali ini gue kembali ngegantiin guru gue yang sibuk sama kerjaannya diluar sana (untuk hal yang satu ini ngga bisa disebutkan kenapa). Ini jadi kesempatan bagi gue untuk kembali menggali pengalaman sedalam-dalamnya. Bonusnya, liburan ada uang jajan lah :p . Gue ngajar masih di daerah yang deket sama rumah gue, dan nyokap masih setia anter jemput (berhubung gue masih belum bisa nyetir). Selama ini gue udah 4x ngegantiin, bulan Juni sekali dan bulan Juli 3x. Deatilnya lagi, di hari senin udah 3x dan hari rabu 1x. Otomatis, gue lebih terbiasa dengan murid2 hari senin. Awalnya mereka kaku, diem aja, Tapi ama2 mereka enak di ajak ngobrol, trus ga takut lagi buat nanya2. Sementara yang hari rabu karena itu pertama kali gue ngajar, jadi mereka masih kaku. Gue juga awalnya kaku (untuk semua hari dan semua murid), apalagi ada beberapa pesan khusus buat beberapa anak. Dan disini gue menghadapi beragam problematika dalam pembelajaran piano (cieelah -_-): rata2 mereka males baca not, ato ngga suka lupa latihan, ato gak mereka terlalu sulit dengan lagunya, ato engga mereka emang sulit baca not dengan tepat. Ada yang diajarin 1x/2x langsung ngerti, ada yang perlu berkali-kali baru mudeng. Ada bocah yang pecicilan banget dan bawel, ada yang diem banget, ada yang keliatan not in the mood. Macem2 laaah, dan gue harus bisa meng-handle mereka dengan dewasa. Dan sejauh ini, puji Tuhan, gue tidak menemukan masalah dalam meng- mereka. Thanks God ;) Dan saat ini, tepatnya seminggu yang lalu, gue mengajukan lamaran ke salah satu music school yang ada didaerah Cibubur. Kebetulan mereka baru buka dan masih mencari guru. Gue didukung sama guru gue sendiri, katanya walaupun gue belum tes/audisi untuk guru, tapi gue bisa jadi guru 'gelap' dulu. Kasarannya, honor gue akan beda dengan honor guru sebenarnya. Tapi ngga masalah bagi gue. Yang penting adalah pengalaman. Ini lebih berat. Gue bakalan punya murid sendiri, gue handle mereka 100%. Mereka ujian bawa nama gue, mereka konser bawa nama gue. Kemana pun mereka pergi dengan embel-embel les piano, pasti akan ada pertanyaan "Siapa Gurunya?". Huaaah! So excited! Semoga aja lamaran gue bisa diterima. Dan semoga aja gue bisa meneruskan karir berguru gue dengan lebih baik lagi. Pasti Bisa.




P.s for my "maya" friends, Benno, yang sedang magang di Batam selama 6 bulan... FIGHTING! Semangaaaat! Makan ilmu yang banyak! Ingeeeet Aussie dan Venice. See you on Dec '11 (amen)!

08 July 2011

[After Story] Music, Dream and Love

Jung Ah berjalan menerobos malam Natal yang dingin akibat salju-salju yang mulai turun dari langit sedikit demi sedikit. Ia menyusupkan kedua tangannya kedalam saku mantelnya dan lebih cepat lagi berjalan untuk sampai di halte bis. Tas punggung nya setia menemaninya dan juga rambutnya yang mulai tumbuh lebih panjang dibiarkan tergerai. Akhirnya ia sampai di halte yang saat itu sedang sepi. Ia langsung duduk, membuka sarung tangannya dan mengeluarkan ponsel dari saku mantelnya. Terdapat 2 pesan dari orang-orang yang ia cintai.


Jung Ah, cepatlah pulang. Ibu buatkan sup hangat untukmu. Jangan lupa pakai sarung tangan, nanti kau sakit.


Lee Jung Ah, kemana saja kau Unta? Aku menelepon ke rumahmu tapi kata Ibumu kau belum pulang. Cepatlah pulang. Aku merindukanmu.”


“Cih, merindukanku? Pulang ke Korea saja kau tidak mau.” gerutu Jung Ah membaca pesan terakhir dari Hyun Soo. Ia menutup flip ponselnya dan langsung berdiri, melihat bis yang sebentar lagi akan datang dan membawanya pulang kerumah.


Sesampainya dirumah, Jung Ah langsung masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian. Namun ia menundanya, melihat sebuah kotak yang cukup besar tergeletak diatas tempat tidurnya dengan kartu ucapan yang terselip di pita yang mengikat kotak tersebut. Jung Ah duduk disebelah kotak itu dan menaruh kotak itu dipangkuannya. Lalu, ia membaca isi kartu ucapan tersebut.


My Dearest Lee Jung Ah...

Aku tahu kau pasti masih sedikit kesal, bahkan masih kesal karena aku tidak pulang ke Korea padahal sudah 2 kali liburan tetapi aku tetap berada disini. Aku tahu kau pasti merindukanku, jadi untuk saat ini sebagai penggantiku, kuberikan mantel ini untukmu. Gunakanlah ketika kau keluar nanti. Cuaca Korea malam ini cukup dingin. Dan perlu kau tahu, mantel ini lebih tebal dari mantel-mantel yang kau miliki. Jelas saja, bisa dikatakan ini barang import. Ku harap kau menyukainya ^^


Lots of Love

Kim Hyun Soo


Perasaan Jung Ah campur aduk, antara mau marah dan senang. Tetapi senyum mengembang jelas di wajah Jung Ah. Ia langsung menaruh kartu ucapan itu, membuka kotak itu dan mendapatkan sebuah mantel berwarna Beige yang terlipat rapi didalam kotak tersebut. Jung Ah langsung mengambil mantel itu dan membukanya. Ia merasakan bahan mantel yang sangat lembut, hangat dan tebal. Benar apa yang ditulis Hyun Soo dalam kartu ucapannya. Jung Ah langsung menggantung mantel itu didalam lemarinya, menyimpan kartu ucapan dan juga kotak pemberian Hyun Soo lalu ia bergegas keluar kamar.


“Ibu, siapa yang mengirimkan paket untukku?” tanya Jung Ah.


“Ibu tidak tahu, paket itu datang belum lama sebelum kau tiba. Yoon Ah yang menerimanya.” jawab Ibu Jung Ah yang masih membereskan meja untuk makan malam. Jung Ah buru-buru menghampiri adik lelakinya yang sedang menonton tv.


“Yoon Ah, siapa yang mengirimkan paket itu untukku?” tanya Jung Ah yang langsung duduk disebelah Yoon Ah.


“Aku tidak tahu, aku tidak kenal, bahkan aku saja tidak bisa melihat wajahnya.” jawab Yoon Ah yang masih sibuk dengan remote tv yang seraya tadi ia tekan untuk mencari acara yang bagus.


Jung Ah langsung menyambar remote tv dari tangan Yoon Ah dan menekan tombol power. TV itu mati dan Yoon Ah langsung memasang raut wajah protes.


“Berikan padaku remote nya!”


“Jelaskan dulu apa maksud ucapanmu tadi.”


“Aku tidak tahu siapa, Noona. Ia memakai helm dan juga jaket tebal. Ia langsung berikan padaku kotak itu dan ia juga memberikan ku secarik kertas. Tulisannya: untuk Lee Jung Ah. Jadi langsung saja aku masuk dan menaruhnya di kamarmu.” Yoon Ah menerangkan lebih detail sesuai permintaan Jung Ah. Jung Ah terdiam sesaat dan pada kesempatan itu Yoon Ah langsung merebut kembali remote tv dari tangan Jung Ah. Tetapi ia tidak peduli. Ia langsung kembali masuk kedalam kamar diikuti dengan raut wajah heran dari Yoon Ah dan juga Ibunya yang melihat sedikit dari dapur. Didalam kamar Jung Ah kembali mengambil kartu ucapan dan membaca ulang kata-kata dari Hyun Soo. Dan tanpa membuang waktu ia langsung mengambil mantel yang baru saja ia terima dari Hyun Soo, mengantongi ponsel dan kartu ucapan itu serta keluar dari kamarnya.


“Ibu! Yoon Ah! Aku pergi sebentar!” teriaknya sambil mengenakan sepatu boots miliknya.


“Kau mau kemana, sayang? Diluar hujan salju mulai cukup deras.” sambut Ibu Jung Ah yang buru-buru menaruh panci diatas meja dan menghampiri Jung Ah yang ia kira sedang memakai sepatu tetapi ternyata Jung Ah sudah pergi tanpa membawa payung. Jung Ah berjalan cepat tanpa menggunakan penutup telinga ataupun sesuatu untuk melindungi kepalanya dari hujan salju. Ia menyusupkan kembali tangannya ke dalam kedua sakunya sambil meneriakkan nama Hyun Soo.


“Kim Hyun Soo! Dimana kau?!”


Tidak ada jawaban. Jung Ah berjalan lagi dan mulai berteriak lagi. Ia mengeluarkan tangan dari sakunya dan menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.


“Kim Hyun Soo! Keluarlah kau!”


“Kim Hyun Soo!!!”


“Hyun Soo! Ini hujan salju! Jangan bertindak bodoh!”


Jung Ah berteriak namun ia merasa percuma. Ia berhenti berjalan, mengambil ponsel dari saku mantelnya dan langsung menghubungi nomor Korea Hyun Soo. Memang nomor ponsel Hyun Soo berbeda ketika ia berada di Inggris dan ketika ia berada di Korea.


“Aktif!” Jung Ah merasa ada secercah harapan. Nada sambung yang hanya tut-tut-tut mengisi kebisuan malam itu. Tetapi tidak ada jawaban. Jung Ah menelepon kembali, hasilnya masih nihil. Dan Jung Ah memutuskan untuk menelepon yang ketiga kalinya. Kali ini, hasilnya berkebalikan dengan yang sebelumnya.


“KIM HYUN SOO DIMANA KAU???!!!” teriak Jung Ah tanpa memakai salam terlebih dahulu.


“Hei, pelan-pelan saja. Gendang telingaku bisa pecah.”


“DIMANA KAU?!” Jung Ah tetap berteriak, namun dengan volume yang sedikit lebih pelan.


Hyun Soo tidak menjawab, tetapi saat itu juga Jung Ah merasa ada yang melindungi badannya dari hujan salju. Ia mendongak keatas dan mendapatkan sebuah payung bening yang melindunginya. Ia buru-buru berbalik dan mendapatkan Hyun Soo yang sedang memayunginya, sementara tangan kirinya masih memegang ponsel yang masih ditempelkan ditelinga.


“Selamat Natal, Lee Jung Ah.” ucapnya pelan dan lembut. Ia menggeser slide ponselnya ke bawah dan menaruhnya di saku. Jung Ah lagi-lagi tidak dapat berkata apa-apa.


“Lain kali, jangan kau bilang aku yang bertindak bodoh. Seharusnya kau lihat dirimu yang bertindak lebih bodoh daripadaku. Kemana penutup telingamu? Kemana payungmu? Topimu?” lanjut Hyun Soo dengan nada sedikit mengomel.


“KAU INI KETERLALUAN! Datang-datang langsung saja mengomeliku. Ini semua akibat ulahmu!” balas Jung Ah, keras kepala.


“Baiklah, maafkan aku karena aku tidak bilang apapun padamu. Lagipula kalau aku bilang padamu, namanya bukan lagi kejutan, dong?”


Dan Lee Jung Ah langsung meloncat untuk menggapai leher Hyun Soo dan memeluknya erat.



THE END

[END] Music, Dream and Love

Akhirnya hari yang ditunggu oleh Hyun Soo dan Jung Ah pun tiba. Hari dimana mereka akan memberikan yang terbaik setelah selama beberapa minggu mereka berlatih bersama. Namun rasa senang Hyun Soo tidak terlalu terpancar meskipun ia tersenyum kepada setiap orang yang ia temui di sepanjang koridor sekolah, meskipun ia tersenyum kepada setiap orang yang memberikan ucapan semoga sukses maupun semoga berhasil. Dan meskipun ia dipuji untuk pertama kalinya oleh Jung Ah semalam sebelum hari ini tiba.


“Kau pemain piano yang terbaik yang pernah kutemui di Korea, Kim Hyun Soo. Aku bangga bisa berduet denganmu. Aku berharap aku dapat bertemu dan berduet denganmu lagi.”


Memang akhirnya Hyun Soo dinyatakan memenangkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan musiknya di Eropa, bahkan sebelum ia konser, panitia beasiswa sudah memberitahu Hyun Soo akan berita baik tersebut. Langsung saja berita ini menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Hyun Soo dinyatakan memenangkan beasiswa ini karena ternyata banyak yang merekomendasikan Hyun Soo dan panitia melihat sendiri rekam jejak pendidikan Hyun Soo didunia musik yang gemilang. Tidak heran jika panitia langsung mengambil keputusan tanpa melihat konser Hyun Soo, dengan begitu, konser ini tidak terlalu menjadi beban bagi Hyun Soo. Ia hanya tinggal bermain untuk menghibur semua penonton yang hadir di aula sekolahnya hari itu. Dan dengan Hyun Soo memenangkan beasiswa tersebut, mau tidak mau ia harus pergi ke Eropa 4 hari setelah konser sekolahnya berlangsung. Dan itulah yang membuat Hyun Soo tidak seceria semua peserta konser yang perasaannya sedang campur aduk, terutama mereka yang seangkatan dengan Hyun Soo, yang memperebutkan kursi beasiswa yang tersisa 4 kursi lagi.


“Hyun Soo-ah!” panggil Min Hae berteriak dari belakang Hyun Soo dengan jarak yang cukup jauh. Min Hae buru-buru menghampiri Hyun Soo dan mereka berjalan bersama.


“Kau kelihatan tidak bersemangat.” sambung Min Hae.


“Oh ya? Mungkin aku hanya sedikit gugup.” balas Hyun Soo berbohong.


“Gugup? Kau bercanda?” ledek Min Hae tidak percaya.


“Tsk. Untuk apa aku bercanda. Walaupun aku sering lomba atau konser, tapi rasa gugup itu pasti ada disetiap performance ku. Apa kau tidak pernah gugup setiap kali kau akan bertanding?”


“Tidak.”


“Kau memang tidak punya perasaan.” balas Hyun Soo tersenyum kecil dan mereka sedang melewati ruang musik dan mendapatkan Jung Ah sedang berada didalam ruang musik. Hyun Soo memberi kode kepada Min Hae untuk lebih dahulu pergi ke aula dan Min Hae langsung meninggalkannya didepan ruang musik. Hyun Soo masuk kedalam dan menghampiri Jung Ah yang sedang berdiri di depan rak-rak buku tinggi diruang musik sekolahnya.


“Jung Ah, apakah kau gugup?” tanya Hyun Soo dari belakang. Jung Ah sedikit tersentak dari lamunannya.


A little bit.” jawab Jung Ah. Ia berbalik badan dan mendapatkan Hyun Soo yang terlihat “sempurna” dengan jas hitam, vest hitam, dasi hitam dan kemeja putih yang ia kenakan hari itu. Dalam beberapa detik mereka terdiam, secara tidak langsung saling mengagumi apa yang mereka lihat. Hyun Soo jelas terperangah melihat Jung Ah yang terlihat feminin dengan gaun berwarna hitam panjang dengan model bahu terbuka dan rambut sebahu miliknya yang digelung keatas dan diberi hiasan berwarna hitam yang mempermanis penampilannya. Riasan yang tidak berlebihan juga memberikan nilai lebih untuk penampilan Jung Ah malam itu.


“Bagaimana denganmu?” tanya Jung Ah memecah kesunyian.


“Sama, a little bit.” jawab Hyun Soo yang masih memperhatikan Jung Ah dari atas hingga bawah. Jung Ah berjalan keluar dari ruang musik, melewati Hyun Soo yang masih berdiri ditempatnya.


“Sampai kapan kau akan berdiri disitu, bodoh? Konser akan segera mulai, ayo kita ke aula.” ucap Jung Ah sebelum ia benar-benar meninggalkan ruang musik. Hyun Soo segera keluar dari ruang musik dan berjalan menuju aula bersama Jung Ah. Sepanjang jalan, Hyun Soo terus memperhatikan Jung Ah yang terus berjalan tanpa ingin mengatakan sepatah dua patah kata kepada Hyun Soo.


“Jangan sampai gara-gara kau terus memperhatikan ku kau jadi menabrak tong sampah didepan.” ucap Jung Ah. Hyun Soo refleks melihat kedepan dan benar saja ia hampir menabrakn tong sampah milik sekolahnya yang cukup besar. Jung Ah tertawa kecil.


“Kau, mau pergi ke Eropa saja masih bertingkah bodoh.” lanjut Jung Ah tanpa melihat ke arah Hyun Soo.


“Terus saja kau katakan aku ‘bodoh’. Kau pasti akan merindukan tindakan ‘bodoh’ku selama aku ada di Eropa nanti.” balas Hyun Soo, tetap tidak mau kalah.


“Tsk, masih saja kau keras kepala.”


“Siapa yang keras kepala? Aku hanya berbicara yang sebenarnya.”


Jung Ah terdiam dan berpikir. Apakah benar ia akan merindukan Hyun Soo dan semua hal yang telah ia lakukan bersama selama ini. Sering ia berpikir ia tidak ingin hari konser ini tiba. Rasanya ia ingin kembali ke saat pertama kali mereka berlatih bersama dan ia ingin mengulur waktu selama mungkin hanya untuk bersama Hyun Soo. Jung Ah kembali bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah aku benar-benar mencintainya?” Ia merasa ada sebagian kecil dari dirinya yang tidak rela ketika mendengar kabar beasiswa itu. Bukan karena iri, hanya saja sebagian kecil dari dirinya akan merasa kehilangan...


***


Konser sekolah itu berlangsung selama 3 jam, ditambah dengan selingan dari penampilan ansambel klub musik dan juga pengumuman pemenang beasiswa. Permainan Hyun Soo dan Jung Ah pun sukses memukau hati penonton yang datang pada malam itu. Mereka memberikan penampilan yang benar-benar maksimal. Tidak ada kecanggungan diantara keduanya. Kedua orangtua Jung Ah dan adik lelaki Jung Ah, Yoon Ah pun tersenyum puas melihat performa anak dan kakak mereka pada malam itu. Mereka tidak percaya bakat bermain piano memang benar-benar dimiliki Jung Ah. Sementara kedua orangtua Hyun Soo yang duduk disebelah orang tua dan adik Jung Ah tersenyum bangga dan puas terhadap apa yang berhasil Hyun Soo raih sampai sejauh ini. Menjelang konser berakhir, Hyun Soo kembali ke atas panggung dan berdiri dibelakang standing mic yang sudah disiapkan.


“Selamat malam semuanya. Saya pertama-tama ingin berterima kasih untuk kesempatan yang boleh diberikan pada hari ini kepada saya, untuk dapat menghibur para hadirin sekalian. Saya juga ingin berterima kasih kepada setiap orang yang telah mendukung saya sampai sejauh ini dan juga kepada panitia atas keputusannya untuk meloloskan saya dalam beasiswa tahun ini. Saya sangat bersyukur karena ini semua tidak akan terjadi tanpa usaha dan juga doa-doa dari orang-orang disekitar saya. Dan pada saat ini, saya ingin membalas kebaikan semua orang yang telah mendukung saya, terutama untuk seseorang. Seseorang yang selama ini secara tidak langsung telah menjadi motivator saya. Dan lagu terakhir yang akan saya bawakan malam ini, akan saya persembahkan untuk motivator saya, Nona Lee Jung Ah."


Hyun Soo menghentikan ucapannya, lalu ia kembali melanjutkan kata-katanya yang terputus, "Jung Ah ssi, pertanyaanmu selama ini akan terjawab sekarang. Ku harap kau menyukainya...”


Hyun Soo langsung berjalan menuju grand piano yang tersisa satu diatas panggung dan diletakkan di tengah-tengah panggung. Ia duduk dan langsung memainkan sebuah lagu, yang belum pernah didengar oleh siapapun sebelumnya kecuali Jung Ah, yang sudah melihat partiturnya dan menghafal beberapa nadanya. Jung Ah terpaku terdiam disisi panggung, mendengar ucapan Hyun Soo. Kalimat-kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya. Rasanya, kakinya terlalu lemas untuk berdiri lama disisi panggung, melihat Hyun Soo dengan pantulan cahaya yang menyorotinya dan mendengar lagunya.


“Jadi selama ini...”


Jung Ah tidak mampu berucap dalam hati. Tanpa ia sadari air mata mengalir pelan diatas pipinya dan ia tersenyum. Tersenyum mengenang semua hal yang ia pernah lakukan bersama Hyun Soo. Dan sekarang, sebagian kecil dari dirinya merasa sudah rela untuk tidak bertemu Hyun Soo selama beberapa tahun. Hyun Soo selesai memainkan lagunya. Semua berdiri memberikan tepuk tangan terakhir untuk Hyun Soo. Konser berakhir dengan gemuruh tepuk tangan yang meriah. Hyun Soo bangkit dan memberikan hormat terakhir dari atas panggung kepada semua para hadirin. Lalu ia menoleh ke arah sisi panggung dan mendapatkan Jung Ah yang berdiri disana dan tersenyum sambil menangis terharu.


“Berhenti kau mata air bodoh..” gerutu Jung Ah sendiri. Lalu panggung menjadi gelap dan tirai pun langsung menutup panggung tersebut sementara lampu penonton kembali menyala. Semua perlahan-lahan keluar dari aula sekolah itu. Hyun Soo bergegas menghampiri Jung Ah. Ingin rasanya Jung Ah lari terlebih dahulu, namun kaki nya seperti melarang dirinya pergi dari situ. Hyun Soo berdiri di hadapannya dan kedua tangannya memegang pipi Jung Ah. Ibu jarinya menghapus air mata Jung Ah yang masih mengalir.


Yah! Kau menangis? Dasar bodoh.” ucap Hyun Soo lalu ia memeluk Jung Ah sesaat lalu melepaskannya dan ia memegang kedua bahu Jung Ah.


“Hentikan air matamu itu. Kita belum foto bersama dengan yang lain. Kau mau foto dengan lunturan maskara dan mata sembab?”


“Tapi aku tidak bisa hentikan air mata ini! Aku memang bodoh.”


Dan Hyun Soo kembali memeluk Jung Ah lebih dalam.


“Menangislah, walaupun aku tidak tahu mengapa kau menangis. Seharusnya kau berterima kasih padaku.” ucap Hyun Soo tanpa balasan dari Jung Ah. Hyun Soo tidak melepas pelukannya sampai Jung Ah mulai merasa air matanya berhenti mengalir dan ia melepaskan diri dari pelukan Hyun Soo.


“Maaf, aku tidak tahu harus kumulai dari mana. Perasaanku benar-benar campur aduk. Jujur, sebagian dari diriku benar-benar tidak rela jika kau pergi, karena aku pasti merasa kehilangan. Tetapi sebagian lagi menginginkan kau pergi, agar aku bisa melihatmu menjadi pianist sukses. Dan sekarang, kau mainkan lagu ciptaanmu untukku. Aku senang, tetapi aku kembali sedih karena aku ingat kalau kau akan pergi jauh dalam waktu yang lama.” Jung Ah menjelaskan secara singkat tentang perasaannya saat itu. Hyun Soo tersenyum kecil.


“Intinya?”


“Aku menyukaimu.”


Mwo?”


“Aku menyukaimu.”


Mwo?”


“Bukan apa-apa. Aku mau pulang.” ucap Jung Ah sedikit kesal. Ia sekarang merasa benar-benar bodoh akan ucapan yang baru saja ia lontarkan. Tidak seharusnya ia berkata begitu kepada Hyun Soo. Hyun Soo pasti akan menganggapnya sebagai lelucon. Tangannya menghapus air matanya yang tersisa di pipinya dengan gusar dan ia buru-buru berbalik badan pergi meninggalkan Hyun Soo. Tetapi, Hyun Soo menarik tangannya dan langsung mencium bibir mungil Jung Ah.


“Aku juga menyukaimu. Saranghaeyo~..” ucap Hyun Soo setelah mencium Jung Ah. Raut wajah Jung Ah langsung berubah. Wajahnya memerah dan ia tidak dapat berkata apa-apa.


“Ucapkanlah sesuatu, Jung Ah!” Hyun Soo tidak sabar sendiri dengan tingkah Jung Ah yang hanya diam saja seperti patung. Hyun Soo sesaat ingin emosi, namun ia mengendalikannya, mengingat ia baru saja melakukan sesuatu yang mungkin mengejutkan bagi Jung Ah.


“Baiklah, jika kau memang tidak mau bilang apa-apa. Aku mengerti.” ucap Hyun Soo dengan lembut. Sesaat, keduanya sama-sama kembali dalam kebisuan. Suara-suara penonton perlahan-lahan tidak lagi terdengar. Dan sepertinya hanya tersisa mereka berdua disana. Semua peserta konser pasti sibuk berfoto ria, terutama mereka yang memenangkan beasiswa.


“Lee Jung Ah...” Hyun Soo memecah kebisuan, bersuara lirih memanggil sosok dihadapannya.


Jung Ah yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya perlahan, “Ne?”


Hyun Soo berdeham pelan, “Maukah kau, jadi pacarku?”


Jung Ah tidak menjawab Hyun Soo, tetapi langsung menatap mata Hyun Soo lekat-lekat. Mata bulatnya yang terlihat sedikit sembab akibat menangis tadi sedikit membesar.


“Kenapa kau memperhatikanku seperti itu? Apa aku salah mengutarakan perasaanku?” tanya Hyun Soo dengan sedikit malu. Kali ini giliran dia yang mengutuk dirinya sendiri atas ucapannya barusan.


“Tidak. Tidak ada yang salah darimu. Aku bahkan tidak tahu harus menyalahkanmu darimana untuk semua perbuatan yang kau lakukan barusan. Hanya saja... Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja kualami dan kuucapkan. Seperti mimpi...” jawab Jung Ah panjang lebar.


“Jadi, kau mau atau tidak? Dapatkah kau menjawabnya saat ini?” tanya Hyun Soo kembali. Jung Ah tersenyum jahil.


“Menurut kau? Setelah aku menangis dan bukan tersenyum bangga akan lagu ciptaanmu.” jawab Jung Ah menggantung.


“Kau, mau?”


Jung Ah langsung memeluk Hyun Soo dengan sedikit berjingkat, karena tetap saja walaupun ia memakai sepatu hak tinggi, ia tidak dapat menggapai leher Hyun Soo.


“Tentu saja aku mau, Hyun Soo oppa.” jawab Jung Ah berbisik di telinga kiri Hyun Soo. Senyum benar-benar mengembang diwajahnya. Hyun Soo langsung memeluk Jung Ah dengan erat, mengangkatnya dan memutarnya.


“Pelan-pelan Hyun Soo!” teriak Jung Ah ketika ia diputar oleh Hyun Soo. Hyun Soo langsung saja menuruni Jung Ah dan melepaskannya dari pelukannya.


“Maafkan aku, ada yang sakit?” tanya Hyun Soo lembut. Wajahnya menggambarkan sedikit kecemasan, takut saja kalau hanya karena ia terlalu bahagia ia harus menyakiti pacar barunya itu.


“Tidak. Jangan kau pasang wajah seperti itu, Hyun Soo!” jawab Jung Ah sambil tertawa geli melihat wajah Hyun Soo yang terlihat benar-benar cemas. “Aku tidak apa-apa. Percayalah.” sambung Jung Ah sambil tersenyum. Dan tiba-tiba saja, seseorang keluar dari tempat persembunyiannya.


“Maafkan aku sebelumnya, aku tidak bermaksud untuk mencari tahu apa yang kalian telah lakukan disini. Aku hanya ingin memanggil kalian, tetapi...”


Hyun Soo buru-buru merangkul dan membekap mulut sahabatnya itu. Min Hae keluar dari balik Grand Piano yang masih berada diatas panggung.


“Sejak kapan kau ada disitu, Min Hae-ah?” tanya Hyun Soo menginterogasi. Wajahnya memerah.


“Sejak kau mencium pacarmu. Aku sengaja menerobos tirai. Tidak kusangka....” jawaban Min Hae terpotong, lagi-lagi Hyun Soo membekap mulut sahabatnya itu.


“Tsk. Kau! Pelan-pelan kalau bicara.”


Jung Ah terkekeh pelan. Ia geli melihat tingkah Hyun Soo yang malu dengan sahabatnya sendiri.


“Hyun Soo-ah, lepaskanlah. Kau tidak malu dengan pacar barumu? Sudah punya pacar masih saja bertingkah seperti anak kecil..” ucap Min Hae ketika Hyun Soo melepas tangan dari mulutnya. Hyun Soo buru-buru melepas rangkulannya itu. Min Hae membenarkan jas nya yang sedikit kusut.


“Jadi, sekarang, temanku sudah resmi dengan Lee Jung Ah? Ku harap kalian tidak menciptakan perang dunia ketiga hanya karena kalian sama-sama keras kepala.” celetuk Min Hae jahil. Hyun Soo menjitak pelan kepala sohibnya dan langsung menggandeng tangan Jung Ah dan meninggalkan Min Hae yang masih mengelus-elus kepalanya. Tidak lama kemudian, Min Hae berlari menghampiri sahabatnya lalu merangkulnya dari sisi kiri Hyun Soo. Dan mereka pun berjalan bertiga keluar dari ruangan aula sekolah mereka.


THE END