Lee Jung Ah berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sepi. Ya, jam pulang sekolah telah berlalu dan ia baru saja menyelesaikan ulangan susulan Bahasa Inggrisnya. Tidak sulit baginya, walaupun ia tidak terlalu belajar dengan giat, tetapi setidaknya ia dapat menyelesaikan ulangan susulan yang biasanya lebih sulit daripada ulangan aslinya. Ia terus berjalan sendiri, dengan ransel berwarna coklat muda di punggungnya dan rambutnya yang di kucir ekor kuda. Ia pun melewati salah satu tempat yang masih ramai siang itu. Lapangan basket. Memang sebagian anak-anak sekolah internasional itu suka menghabiskan waktu mereka dnegan latihan basket. Tapi, kali ini lapangan terasa lebih ramai daripada biasanya. Jung Ah memutuskan untuk mendekati lapangan basket, untuk melihat apa yang terjadi disana. Dan ternyata sedang ada pertandingan one by one oleh kakak-kakak kelasnya. Mata Jung Ah memicing untuk melihat dengan jelas siapa yang sedang bertanding, karena siang itu matahari sedang dengan semangat memancarkan sinarnya. Namun Jung Ah tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang bertanding, ditambah dengan kerumunan gadis-gadis kelas 2 yang heboh loncat-loncat mendukung yang sedang bermain, sampai akhirnya Jung Ah mengetahui salah satu orang yang sedang bertanding lewat teriakan keras seorang gadis
“Kim Hyun Soo oppa!! Fighting!!”
“Kim Hyun Soo?” Ujar Jung Ah dalam hati.
Kim Hyun Soo memang salah satu anak populer di sekolahnya, namun ia tidak tahu jika Hyun Soo oppa jago bermain basket. Selama ini Jung Ah mengenal Hyun Soo karena mereka satu klub musik.
“Kim Hyun Soo oppa!”
Teriakan itu lagi-lagi muncul. Semua meneriakkan nama Kim Hyun Soo sampai akhirnya pertandingan one by one itu selesai. Hyun Soo menjadi pemenangnya. Walaupun Jung Ah tidak melihat gayanya bermain, tapi ia bisa memastikan kalau Hyun Soo bermain bagus. Terbukti semua meneriakkan namanya. Jung Ah pun langsung berjalan menuju gerbang sekolahnya.
* * *
“Kau bermain hebat, Sunbae. Ku harap kau bisa masuk ke tim basket sekolah.” ucap salah satu adek kelasnya yang sedang bersama dengan Hyun Soo di ruang ganti sekolahnya.
“Ah tidak. Basket hanya menjadi selinganku saja. Kau tetap yang terbaik di sekolah ini. Aku cukup dengan dunia musikku saja.” jawab Hyun Soo sambil memakai baju gantinya.
“Kau memang, dari pertama aku mengenalmu sejak SMP, kau memang tidak bisa meninggalkan dunia Piano mu itu ya.”
“Itu kau sudah tau, untuk apa kau paksa aku masuk klub Basket?”
“Siapa tau kau berubah pikiran..”
“Mullon animnida..” jawabnya cepat lalu keluar ruang ganti sambil menepuk pundak adek kelasnya itu. Hyun Soo berjalan menyusuri koridor menuju lapangan parkir sekolahnya. Disana ia langsung bergegas menuju motor sport miliknya, memakai helm dan menyalakan motornya. Baru saja ia segera pergi dari situ, Park Min Hae, teman sekelasnya, menepuk pundaknya.
“Apakah dia menonton pertandinganmu?” tanya Min Hae sambil memakai helm dan bersiap pergi dengan motor sport nya juga.
“Hwaksilji ansemnida” jawab Hyun Soo santai.
“Kau tidak bisa merasakan keberadaannya lagi?”
“Terlalu banyak orang disana. Lagipula dia tidak tahu jika aku bisa bermain basket.”
“Terserah kau, yang jelas aku yakin dia ada disana.”
“Kalau begitu, kenapa harus kau tanyakan padaku?” Hyun Soo mengakhiri pembicaraannya yang gantung dengan menutup kaca helmnya dan lansung pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Min Hae hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menyadari sifat temannya yang memang terkesan cuek dan tidak peduli kepada siapapun.
* * *
“Eomma! Aku pulang!” teriak Jung Ah begitu ia mengganti sepatu sekolahnya dengan sendal rumahnya.
“Kemana saja kau?” tanya Ibu nya begitu keluar dari dapur mini rumahnya.
“Aku susulan bahasa inggris. Eomma tidak ingat, aku sakit saat ada ulangan?”
“Oh, maaf sayang, aku lupa. Ayo makan, Ibu sudah buatkan kau sup yang enak.” Jung Ah hanya tersenyum senang sambil berjalan menuju ruang makannya. Sementara Ibu nya membawakan sepanci sup yang baru saja matang dari dapur. Mata Jung Ah langsung melebar dan dengan semangat ia langsung mengambil sumpit dan sendok bersamaan, melahap makanan itu sampai habis.
“Kenyang... Ah enak sekali, Eomma...”
“Kau selalu saja bilang seperti itu.”
“Memang kenyataannya seperti itu. Aku masuk ke dalam kamar dulu ya, Eomma.”
“Baiklah, kau akan latihan piano?”
“Tentu saja. Konser sekolah menunggu ku dan aku harus berlatih untuk beberapa lagu solo.”
“Kau tidak berlatih untuk lagu duet?”
“Ah, aku tidak yakin dengan rekan duet-ku. Aku belum sempat menemuinya.”
“Kau ini, bagaimana? Kau hubungi dia secepatnya atau Eomma yang akan menyeretnya ke sini untuk berlatih bersama kau, Jung Ah. Hubungi dia secepatnya, araesso?”
“Ara ara, Eomma.” jawab Jung Ah sambil berjalan lesu menuju kamarnya. Ia mengeluarkan ponsel dari saku rok sekolahnya.
“Ijoboriji maseyo!” teriak Ibu nya dari ruang makan.
“Ne!!” jawab Jung Ah sebelum ia masuk kedalam kamarnya. Kamarnya adalah ruangan terluas dirumahnya. Sengaja, karena piano milik Jung Ah berada didalam kamarnya. Piano Baby Grand yang ia miliki sejak ia berusia 6 tahun itu tidak pernah berpindah tempat. Setia menemani nya disaat ia merasa senang, sedih, kesal, ia selalu melampiaskannya melalui lagu-lagu yang ia mainkan. Kamarnya pun sengaja di beri pengedap suara, agar Jung Ah bisa bermain kapanpun dan sekeras apapun, tidak menganggu seisi rumah apalagi menganggu tetangga. Jung Ah tidak langsung mengganti seragamnya. Ia melempar tas ke kasur yang terletak disebelah piano miliknya dan ia langsung duduk di kursi piano. Ia membuka flip ponselnya dan mencari nama seseorang di kontaknya.
“Kim Hyun Soo, kemanakah kau?” gumamnya sendiri.
Dan, ketemu! Nama lengkapnya berikut dengan foto nya saat ia sedang bermain piano. Jung Ah juga tidak tahu mengapa ia bisa mengambil foto Hyun Soo saat sedang bermain piano di ruang musik dan langsung memasangnya sebagai foto kontaknya. Kini ia ragu, apakah ia harus menekan “Cancel” atau “Call”. Mengingat konser sekolah hanya tinggal 3 minggu lagi, tapi mereka belum berlatih untuk lagu duet sama sekali. Lagu duet mereka tidak hanya satu tetapi ada tiga. Jung Ah pusing sendiri memikirkannya. Seharusnya saat ini mereka tinggal latihan untuk dinamika dan tempo, bukan latihan dari dasar lagi. Jung Ah sudah memahami sedikit lagunya, karena ia sudah membaca-baca partiturnya sejak awal diberi tugas. Dan ia sudah latihan sendiri. Tapi, lagu duet tentu tidak bisa hanya latihan sendiri. Keduanya harus berlatih bersama agar dapat menciptakan harmonisasi dan kekompakan yang pas. Selama ini, sudah beberapa kali Jung Ah mengajak Hyun Soo untuk latihan, namun responnya nihil.
“Jika kali ini responnya nihil, kau akan mati besok, Hyun Soo!” katanya kepada dirinya sendiri lalu ia menekan tombol hijau di ponselnya.
To be continue... :)
Footnote:
Oppa: sebutan untuk kakak laki-laki dari perempuan
Sunbae: kakak kelas
Mullon animnida: tentu saja tidak
Hwaksilji ansemnida: tidak yakin
Eomma: ibu, mama
Araesso: (nada bertanya) mengerti?
Ara: (untuk menjawab) mengerti
Ijoboriji maseyo: jangan lupa
Ne: ya
No comments:
Post a Comment