As usual, sebagai anak sekolahan kita harus (mau ngga mau, rela ngga rela, ikhlas ngga ikhlas) harus menghadapi sesuatu yang disebut sebagai ULANGAN. Dan, saat ini, di sekolah gue hampir semua pelajaran sudah mulai ulangan... Hmm... Let's see the exam's schedule of my class...
29 Juli 2010: Sosiologi, sub-bab A&B
2 Agustus 2010: Akuntansi, jurnal khusus
5 Agustus 2010: Sejarah, Indonesia pada awal kemerdekaan
9 Agustus 2010: Geografi, Peta
10 Agustus 2010: English, Modules 6
12 Agustus 2010: Sosiologi, sub-bab C&D; English, Modules 1&5
13 Agustus 2010: PKn, Pancasila sebagai Ideologi terbuka; Matematika, Integral
Oke.. Wish me luck for every exam I do! :)
06 August 2010
Seminggu kemudian setelah aku keluar dari rumah sakit aku belum bisa kembali bersekolah, aku masih harus kembali mengingat pelajaran yang baru saja ku pelajari tetapi hilang bersama kecelakaan itu. Ya, kecelakaan yang membuatku harus kehilangan sebagian memori baruku. Ketiga sahabatku menceritakan bagaimana kecelakaan itu terjadi. Mereka saat itu tidak bersama denganku, mereka mendapatkan berita itu dari saksi mata di tempat kejadian. Katanya, saat itu aku membawa mobil dalam kecepatan tinggi dan keadaan yang sedang hujan deras. Lalu aku tidak menyadari ada truk besar didepan mobilku, sehingga aku banting stir ke kiri, dan langsung terguling dari jalan tol. “Kalian tau, gue naik mobil cepet mau ngapain? Gue mau pergi kemana?” tanyaku ketika mereka selesai bercerita. “Lo mau ketemu Ervant.” sahut Nadine. ‘Ervant lagi... Nama itu selalu mereka sebut.. Aku berusaha keras mengingat siapa dia, tetapi aku tidak bisa.’ gumamku dalam hati. “Mmm.. Ervant dimana? Dia tau gue kecelakaan?” tanyaku kembali membuat ketiga sahabatku saling bertukar pandang. Mereka tidak lansung menjawab pertanyaanku, membuatku heran. Ketika aku ingin kembali bertanya, Elicha yang gantian menjawab pertanyaanku, “Ervant tau lo kecelakaan. Tapi sayangnya dia ngga bisa jenguk lo untuk saat ini. Dia sibuk.” “Oooh.. Sibuk? Sibuk apa?” tanyaku lagi. Aku berharap jawaban mereka bisa membantuku mengingat siapa Ervant. “Hmm.. Dia kerja sambilan, kan dia udah kuliah. Sekarang kuliahnya lagi libur, jadi dia ambil sidejob.” jawab Elicha lagi. “Sidejob nya apa?” tanyaku. “Gitaris di cafe di daerah Jakarta Selatan.” jawab Elciha cepat. Aku diam. Ervant, gitaris, Jakarta Selatan. Beberapa clue sudah kudapatkan, namun hasilnya di otakku tetap nihil. “Gue mau liat lagi fotonya.” kataku membuat Elicha memberikan ponselnya kepadaku. “Itu foto yang lo edit buat dia. Lo masih nggak bisa inget siapa dia?” tanya Elicha gantian. Aku menggeleng, namun pandanganku masih tertuju kepada foto itu. Sella yang daritadi diam pun angkat bicara, “Dia cowok yang lo taksir, Chel... Beberapa hari sebelum kalian janjian buat ketemuan, kalian udah sering chatting-an.” “Gue naksir dia? Kenapa?” tanyaku. “Hm.. Waktu itu lo cerita, lo suka dia karena pembawaannya dia yang tenang dan dia jago main gitar kayak kakak lo.” jawab Sella lagi. Percuma, aku tetap sulit untuk mengingat. Kenapa sangat sulit sekali untuk mengingat dia, sementara pelajaran di sekolah yang kulupakan pun dengan cepat aku kembali ingat dan mengerti. Akhirnya aku memutuskan sesuatu, membuat ketiga sahabatku diam tak berkutik. “Gue mau ketemu Ervant. Secepatnya.”
Subscribe to:
Posts (Atom)