27 June 2011
Extreme Things
Lunch (Kemiri), Gossips (J.Co) and Watch: Insidious. What an extreme movie with extreme sounds effect and extreme-shocked pictures. When I watched, 95% I just see the SUBTITLE.
Random Thought, Important Things
25 June 2011
[Part 4] Music, Dream and Love
Jung Ah masih menunggu bus di halte dekat sekolahnya. Saat itu bus sedang tidak ramai tapi entah mengapa Jung Ah tidak ingin segera pulang kerumahnya. Ia masih duduk sambil meminum satu minuman yang ia bawa untuk latihan. Tersisa 5 kaleng minuman ditas kecilnya. Tiba-tiba saja ketika ia sedang asyik menikmati minumannya, seseorang mengambil tas sekolah miliknya yang sengaja ia taruh dibangku sebelah dirinya.
“YAAAAH!! KAU! Kembalikan tas sekolahku!” teriak Jung Ah langsung berdiri dan berlari mengejar pencuri tas nya sambil membawa tas kecil miliknya ditangan kirinya. Minuman yang sudah ia minum terpaksa ia tinggalkan di halte. Pencuri tas itu terus berlari sampai akhirnya ia berhenti dekat motor sport berwarna hitam.
“SIAPA KAU?! Kembalikan tas ku atau kupanggilkan polisi!” teriak Jung Ah. Sedetik kemudian, pencuri tas itu membuka helm nya.
“KIM HYUN SOO????!!!” Jung Ah berteriak tidak percaya. Pelipis Hyun Soo terlihat berkeringat.
“Bisakah kau tidak berteriak? Suaramu cukup menyiksaku!” ucap Hyun Soo sambil memperhatikan Jung Ah yang masih kebingungan dan memasang wajah ‘apakah-itu-beneran-kau-Hyun-Soo’.
“MENYIKSAMU? Kau yang menyiksaku! Minuman ini! Lalu berlari-lari seperti orang bodoh!” Jung Ah kembali bersuara dengan nada tinggi sambil mengangkat-angkat tinggi tas kecil ditangannya. “5 KALENG UNTUKMU, HYUN SOO SSI!” lanjutnya dengan nada yang sama.
“YAH! Jangan asal tuduh kau! Dengarkan, pertama, kau membuatku dihukum oleh Guru Jang karena ketauan membalas pesanmu dalam kelasnya, kedua, kau membuatku berlari-lari dengan menggunakan helm dan jaket kulit yang panas ini hanya demi memintamu untuk tidak pulang!”
“Hanya itu saja?” tanya Jung Ah menantang.
“Ketiga, kau membuang waktuku saat ini! Cepat naik!” ucap Hyun Soo sambil menaikki motor sport miliknya. Tas Jung Ah berada di atas punggungnya saat ini.
“Tas ku...”
“Tidak akan ku kembalikan jika kau masih saja tidak mau menuruti perintahku! Cepatlah naik, Jung Ah!” Hyun Soo terdengar tidak sabar. Jung Ah belum berkutik. Ia memperhatikan Hyun Soo yang sedang memakai helm dari ujung kepala hingga kakinya.
“Kau, akan bertanding basket? Sejak kapan kau menjadi tim inti?” tanya Jung Ah.
“Jangan banyak tanya. Cepatlah naik. Waktu kita tidak banyak. Aku akan melaju cepat, kau sebaiknya berpegangan padaku.” ucap Hyun Soo sambil memberikan helm kepada Jung Ah. Jung Ah memakai helmnya dan langsung duduk dibelakang Hyun Soo. Namun Hyun Soo tidak langsung berangkat.
“Jung Ah, kau tidak mendengar perintahku tadi?”
“Wonji ansemnida.” balas Jung Ah cepat.
“Geraeyo.” ucap Hyun Soo dan ia melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi yang membuat Jung Ah refleks memeluk Hyun Soo. Terlihat dari balik helmnya Hyun Soo tersenyum kecil sementara Jung Ah memasang wajah sebal, namun sedetik kemudian ia tertawa geli sendiri melihat Hyun Soo memakai tas sekolahnya yang modelnya sangat tidak cocok dengan Hyun Soo.
* * *
Tidak sampai 10 menit motor Hyun Soo sudah terparkir di lapangan parkir dekat lapangan basket tempat ia akan bertanding. Jung Ah buru-buru turun dari motor Hyun Soo dan memberikan helmnya pada Hyun Soo.
“Kau terlihat lucu, Hyun Soo.” ucap Jung Ah sambil tertawa kecil. Tas miliknya masih bersandar di punggung Hyun Soo dan Hyun Soo tidak menyadarinya.
“Apanya yang lucu? Kau memang tidak pernah melihatku memakai baju basket?” tanya Hyun Soo sambil membuka helm dan mengunci motornya. Ia langsung berjalan dan Jung Ah langsung buru-buru menyamai langkahnya.
“Kau tidak merasa berat?” tanya Jung Ah. Tas kecil berisi minuman itu pun tidak lupa dia bawa ditangan kirinya.
“Tidak. Kau ini berbicara apa sih? Aku tidak mengerti.” ujar Hyun Soo sambil terus berjalan memasuki lapangan basket. Terlihat tim basketnya sudah berada disana, ada yang sedang pemanasan dan ada juga yang sedang duduk-duduk menunggu pertandingan dimulai.
“Kau duduk di sayap kanan saja, duduklah di baris pertama dan dibelakang tim basket sekolah kita, agar aku gampang meminta minum padamu dan aku dapat melihatmu dengan jelas.” kata Hyun Soo kepada Jung Ah yang matanya sibuk menginterogasi lapangan basket indoor tersebut.
“Tsk, untuk apa kau melihatku? Fokus saja pada pertandingan basketmu itu. Tenang, minuman ini tidak akan aku minum.” balas Jung Ah setelah selesai melihat sekitarnya. Hyun Soo tidak berekspresi apa-apa dan langsung berjalan meninggalkan Jung Ah.
“Hyun Soo!” teriak Jung Ah memanggil. Hyun Soo menengok dan melihat Jung Ah menunjuk-nunjuk sesuatu pada dirinya.
“Mwo?” tanya Hyun Soo sambil mendekati Jung Ah kembali.
“Kembalikan tasku, bodoh.” jawab Jung Ah senang. Wajah Hyun Soo langsung memerah dan ia langsung buru-buru melemparkan tas milik Jung Ah kepada pemiliknya.
“Puas kau menertawaiku daritadi, Jung Ah?” tanya Hyun Soo sebal. Jung Ah hanya manggut-manggut sambil tersenyum kecil dan buru-buru meninggalkan Hyun Soo.
“Hyun Soo-ah! Akhirnya kau datang! Cepatlah pemanasan dengan Min Hae dan yang lain.” ujar pelatih tim basket sekolahnya, pelatih Song.
“Ne, sonsaengnim.” jawab Hyun Soo dan ia langsung bergabung dengan anak-anak yang sedang pemanasan dengan Min Hae. Sementara itu Jung Ah langsung duduk sesuai yang diminta dengan Hyun Soo, diantara beberapa teman dan kakak kelasnya yang sengaja datang untuk mendukung sekolahnya di pertandingan persahabatan hari ini.
“Kurasa jika tidak ada Hyun Soo, perempuam-perempuan ini tidak akan ada disini. Dasar, semuanya sama saja.” ujar Jung Ah dalam hati memperhatikan beberapa teman-teman dan juga kakak kelasnya yang sibuk berteriak-teriak sesekali menyebut nama sekolahnya, nama Hyun Soo maupun pemain lainnya.
“Dan kau, Hyun Soo, kau memang pandai sekali menarik perhatian.” lanjut Jung Ah.
“Lee Jung Ah? Kau juga menonton pertandingan ini? Tumben sekali...” sapa seseorang kakak kelasnya. Jung Ah tidak begitu mengenalnya, ia hanya manggut-manggut saja sambil tersenyum.
“Apa kau tidak melihat tadi ia datang bersama Hyun Soo oppa!” ujar teman kakak kelasnya itu dengan nada heboh. Mereka berdua duduk di belakang Jung Ah.
“Pantas saja dia ada disini. Biasanya aku melihatnya didepan piano diruang musik.” balas kakak kelasnya yang tadi menyapa dirinya. Selanjutnya Jung Ah mengacuhkan percakapan kedua kakak kelasnya itu, dan juga teman-teman atau kakak kelasnya yang berada didekatnya, yang sedang membicarakan bintang lapangan hari ini, Kim Hyun Soo.
* * *
Hyun Soo dan kawan-kawan satu tim nya sudah selesai pemanasan dan juga mendengarkan strategi dari pelatih Song. Sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai dan Hyun Soo langsung memasuki lapangan dengan sambutan meriah dari teman-teman dan juga adik kelasnya. Hyun Soo berdiri diposisinya lalu ia langsung mencari Jung Ah dan mendapatkannya di tempat duduk yang sesuai dengan permintaannya. Dari tempat duduknya Jung Ah melihat Hyun Soo seperti menunjuk-nunjuk dirinya dari lapangan.
“Aku?” ujar Jung Ah menatap mata Hyun Soo tanpa bersuara sambil menunjuk dirinya sendiri. Hyun Soo terlihat mengangguk dan mulutnya mengucapkan “Say, fighting” dan tangannya mengepal diudara, menunjukkan gerakan Fighting. Jung Ah berpikir sejenak dan ia langsung menangkap maksud dari Hyun Soo.
“Aja aja fighting!” ujar Jung Ah kepada Hyun Soo tanpa bersuara dan dengan gerakan yang sama persis diminta oleh Hyun Soo. Jari telunjuk dan ibu jari Hyun Soo langsung membentuk tanda “Oke” diikuti dengan senyuman. Semua melihat Hyun Soo tersenyum langsung berteriak heboh.
“Ah, dia berbicara pada siapa itu? Kepada Jung Ah, kah?” terdengar bisikkan-bisikkan iri dari belakang Jung Ah. Ternyata mereka melihat kejadian itu. Jelas saja, Hyun Soo berdiri ditengah lapangan dan melakukan hal yang memalukan menurut Jung Ah. Pertandingan basket pun dimulai dan dalam sekejap lapangan basket indoor itu menjadi sangat ramai dan heboh. Kubu lawan juga tidak kalah membawa supporter yang banyak, yang rata-rata perempuan semua. Jung Ah juga sibuk sendiri, sibuk memperhatikan kemanapun Hyun Soo berlari.
“Baru pertama kali aku melihatmu bermain basket dengan jelas seperti ini. Dan kau terlihat hebat.” gumam Jung Ah dalam hatinya. Dan tanpa ia sadari, matanya bertemu dengan mata Hyun Soo yang sedang melihat kearahnya. Hyun Soo tersenyum dan Jung Ah langsung salah tingkah sendiri. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya. Dan lagi-lagi perempuan-perempuan dibelakang Jung Ah berteriak histeris.
“Dia tersenyum! Manis sekali!” salah satu kalimat yang terdengar Jung Ah. Jung Ah memasang raut wajah datar.
Satu babak telah berlalu dengan skor yang beda tipis. Sekolah mereka tertinggal 4 poin. Semua pemain kembali ke sisi kanan lapangan dan langsung diberi pijatan dan juga minuman. Hyun Soo mengelap keringatnya dan meminum minuman yang diberikan Min Hae.
“Kita istirahat selama 5 menit. Setelah itu kita akan memulai babak kedua. Akan ada pergantian pemain.” ujar Min Hae berteriak kepada tim nya.
“Min Hae-ah, aku pamit sebentar ya.” ujar Hyun Soo berbisik disebelah Min Hae dan langsung berlari ke balkon penonton. Min Hae tidak sempat menjawab dan hanya melihat kemana arah Hyun Soo berlari, dan ia tersenyum kecil sendiri. Hyun Soo menyusuri barisan pertama menuju tempat duduk Jung Ah dan tentunya melewati beberapa perempuan yang merupakan teman-temannya dan juga adik kelasnya yang heboh ketika Hyun Soo lewat. Namun Hyun Soo tetap cuek dan berjalan terus sampai didekat Jung Ah dan langsung duduk disebelah Jung Ah yang sedang sibuk dengan ponselnya.
“Bagaimana permainanku?” tanya Hyun Soo sambil kembali mengelap kembali keringatnya.
“Keren. Tidak kusangka kau bisa bermain basket sebagus itu.” jawab Jung Ah.
“Akhirnya kau memujiku. Bukakanlah minum untukku, Jung Ah.” pinta Hyun Soo. Jung Ah meletakkan ponsel dipangkuannya dan mengambil 1 kaleng minuman dari tas nya lalu melemparkannya ke arah Hyun Soo. Hyun Soo menangkapnya tepat didepan dadanya.
“Buka sendiri. Kau kan punya tangan.” ujar Jung Ah dan ia kembali mengutak-atik ponselnya.
“Kau ini, semua wanita ingin membukakan minum untukku, tapi kau sama sekali tidak. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu.” kata Hyun Soo seraya membuka penutup minuman kaleng itu dan menegaknya dalam waktu kurang dari 2 menit.
“Tsssskkkk! Yah! Justru aku yang tidak mengerti jalan pikiran mereka. Dan kau, jangan kege-er-an, mentang-mentang kau populer dan mempunyai banyak penggemar.” balas Jung Ah cuek. Hyun Soo mengambil lagi 1 kaleng minuman dari tas kecil Jung Ah dan menegaknya lagi sampai habis.
“Dasar unta, kau meneleponku hingga 10 kali?!” tanya Jung Ah yang cukup terkejut melihat list panggilan tak terjawab.
“Jangan membalikkan fakta. Aku minum karena aku haus sehabis bermain basket. Lagipula siapa suruh kau matikan ponselmu?” Hyun Soo tidak mau kalah berargumen.
“Kau tidak tau, aku sudah menunggumu selama lebih dari 5 menit didepan gerbang sekolah dan kau tidak memberikan kabar apapun padaku. Jadi aku matikan saja ponselku.” balas Jung Ah santai. Ia pun mengambil 1 kaleng minuman, membukanya dan meminumnya perlahan.
“Kau memang payah. Kau pikir aku bisa langsung ada didepan gerbang sekolah begitu bel berbunyi? Tadi aku mendengarkan briefing dahulu dari pelatih Song. Salahkan saja dia.” ucap Hyun Soo dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Matanya menatap Jung Ah yang terkesan cuek dan tidak memperhatikannya ketika sedang berbicara dengan dirinya.
“Tidak ada alasan. Kau bisa mengirimkan ku pesan. Pada akhirnya, terbukti kan, kau yang merepotkan dirimu sendiri. Kalau kau mengirimkan pesan padaku, akan kutunggu dan kau tidak perlu menjadi pencuri tasku.” Jung Ah tidak mau kalah berdebat dengan Hyun Soo. Keduanya memang sama-sama keras kepala.
Hyun Soo tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan Jung Ah dengan membawa 1 kaleng minuman dari tas Jung Ah. Tidak ada ucapan terima kasih atau apapun. Jung Ah hanya memperhatikan Hyun Soo yang berjalan terus menuju lapangan. Ternyata perempuan-perempuan yang duduk dekat Jung Ah daritadi berusaha untuk mendengar percakapan mereka berdua dan setelah Hyun Soo pergi, mereka berbisik-bisik sambil melihat ke arah Jung Ah.
“Mereka bertengkar?”
“Jung Ah memang payah.”
“Perempuan bodoh.”
Beberapa bisikan didengar oleh Jung Ah dan ia langsung menoleh ke belakang. Semua perempuan itu langsung diam seakan-akan tidak ada apa-apa. Dan ketika Jung Ah kembali menghadap kedepan, mereka kembali berbisik-bisik.
* * *
Babak kedua dimulai dan Hyun Soo tetap bermain, walaupun ada beberapa pergantian pemain dan juga pergantian strategi. Skor terus kejar-mengejar, sehingga para supporter pada siang itu saling meneriakkan nama sekolah mereka dan juga pemain favorit mereka. Jelas, nama Hyun Soo lah yang paling terdengar jelas. Lagi-lagi, Jung Ah tanpa sadar memperhatikan kemanapun Hyun Soo berlari dan membawa bola. Pada babak kedua, Hyun Soo bermain lebih cepat dan agresif. Gerakannya lebih cepat daripada babak sebelumnnya yang menurut Jung Ah lebih santai. Jung Ah berpikir, apakah ini salah satu strategi dari pelatih Song atau ia terbawa emosi ketika berdebat dengan dirinya. Jung Ah merasa bersalah pada dirinya sendiri dan ia mulai khawatir. Tidak seharusnya ia berdebat ketika Hyun Soo sedang bertanding seperti ini. Jung Ah mengenal Hyun Soo sebagai seseorang yang gampang naik turun emosinya, ia mengenalnya dari beberapa kali latihan bersamanya, Hyun Soo gampang marah padanya, namun dalam sekejap bisa langsung baik padanya. Perhatian Jung Ah semakin fokus kepada Hyun Soo yang tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan ketika berlari dan jatuh. Permainan berhenti seketika dan semua berteriak, terutama penggemar Hyun Soo. Semua berdiri untuk mengetahui keadaan Hyun Soo. Pelatih Song, Min Hae dan petugas medis langsung berlari menuju lapangan untuk mengobati Hyun Soo. Ternyata kaki Hyun Soo kram dan petugas medis langsung membawa tandu untuk mengangkat Hyun Soo dari lapangan dan pertandingan bisa terus dilanjutkan. Jung Ah langsung buru-buru turun dari balkon penonton dan berlari ke arah Hyun Soo yang sedang ditidurkan diatas tandu. Tanpa ragu ia langsung menyeruak diantara kerumunan pemain tim sekolahnya dan ia berjongkok disisi tandu Hyun Soo.
“Arrrgh!” teriak Hyun Soo menahan rasa sakit dari kakinya yang kram secara tiba-tiba. Pelatih Song langsung membentuk huruf “T” dengan kedua tangannya dan wasit memberikan waktu selama 3 menit.
“Hyun Soo, kau tidak apa-apa?” tanya Jung Ah meyakinkan Hyun Soo. Tangan kiri Hyun Soo langsung memegang tangan Jung Ah dengan kuat ketika mendengar suara Jung Ah dekat dengannya. “Maafkan aku, Hyun Soo..” lanjut Jung Ah dengan nada lirih. Matanya menatap mata Hyun Soo.
“Ah tidak apa-apa. Aku hanya kurang pemanasan. Pelatih Song, kurasa aku tidak bisa bermain lagi” ujar Hyun Soo dengan nafas terengah-engah. Petugas medis menyemprotkan obat penghilang rasa sakit dan langsung mengompres kaki Hyun Soo sementara itu pelatih Song langsung memanggil tim untuk kembali bermain dan memanggil satu pemain cadangan untuk menggantikan Hyun Soo. Akhirnya Hyun Soo bangun dari tandu dan duduk di kursi pemain cadangan, dengan Jung Ah disebelah kirinya. Tangan Hyun Soo sama sekali tidak melepas tangan Jung Ah, memunculkan perasaan iri pada ‘penggemar’ Hyun Soo.
“Tidak apa-apa? Kau bilang tidak apa-apa? Kau tau, kau bermain sangat agresif di babak ini.” ucap Jung Ah mengomeli Hyun Soo. Kembali ke nada bicara Jung Ah yang biasa Hyun Soo dengar setiap latihan. Hyun Soo tersenyum sambil meringis. Rasa kram mulai hilang perlahan dari kakinya.
“Kau memperhatikan permainanku?” tanya Hyun Soo jahil.
“Tsk. Ne~. Wae?” balas Jung Ah sedikit malu.
“Aniyo~. Tidak sia-sia aku membawa kau kesini.” jawab Hyun Soo dengan perasaan puas.
“Kau tahu, Jung Ah, untuk pertama kalinya kulihat dia bersikap luwes pada wanita. Biasanya ia cuek dan terkesan seolah-olah hidup didunia yang isinya pria saja.” celetuk Min Hae jahil. Hyun Soo memasang raut wajah masam dan Jung Ah, tanpa ia sadari, tersipu malu sendiri.
“Kau senang membuatku terlihat bodoh didepan dia?” protes Hyun Soo kepada Min Hae.
“Aniyo~. Maafkan aku, Hyun Soo-ah, tidak seharusnya aku membiarkan kau bermain dua babak seperti ini.” balas Min Hae dengan raut wajah sedikit menyesal.
“Tidak akan kumaafkan jika kau tidak menonton konser sekolah minggu depan dan tidak duduk dibarisan depan. Lagipula tidak masalah, ini adalah pertandingan terakhirku. Selanjutnya, aku tidak mau bermain basket lagi.” ujar Hyun Soo.
“Kau serius?” tanya Min Hae tidak percaya.
“Tentu saja. Kau tidak ingat apa sebenarnya cita-citaku?”
“Tapi, kau bilang masalah itu...”
“Tsk, sudahlah tidak usah kau pikirkan. Aku boleh pulang duluan? Aku harus latihan dengan Jung Ah.” Hyun Soo memotong ucapan Min Hae. Min Hae mengangguk.
“Kau masih saja ingin latihan. Kita bisa latihan dilain waktu. Sebaiknya kau pulang saja. Aku bisa pulang sendiri.” ucap Jung Ah dengan nada manis, walaupun menurut Hyun Soo nada bicaranya masih sama saja seperti biasanya.
“Kau ini. Waktu itu kau memaksaku untuk segera latihan, tapi sekarang, saat aku ingin latihan, kau justru melarangku.” balas Hyun Soo. Firasat Min Hae mulai tidak enak, sepertinya mereka akan kembali berdebat, seperti yang Min Hae tau sifat dasar dari sahabatnya: keras kepala.
“Yah! Yah! Yah! Sebaiknya kalian berdua pulang saja sebelum menghancurkan lapangan ini dengan perdebatan kalian berdua. Cepatlah kau berpamitan dengan pelatih Song, dan kau, Jung Ah, ambil tas mu.” Min Hae memotong sebelum Jung Ah sempat membalas argumen dari Hyun Soo. Langsung saja Hyun Soo beranjak dari kursinya dan berpamitan dengan pelatih Song serta mengambil tas nya, sementara Jung Ah kembali ke balkon penonton, mengambil tas nya dan langsung kembali turun kebawah menyusul Hyun Soo yang terlebih dahulu berjalan keluar dari lapangan. Sebelum ia berjalan lebih jauh keluar dari lapangan, Jung Ah membalikkan badannya dan membungkuk ke arah Min Hae, lalu ia berlari menyusul Hyun Soo. Min Hae tersenyum melihat tingkah sahabat dan juga adik kelasnya yang menurutnya konyol.
“Ini benar-benar pertama kalinya aku melihat Hyun Soo seperti ini.” ujar Min Hae pada dirinya sendiri sambil memperhatikan sahabatnya berjalan keluar dari lapangan, lalu ia kembali duduk disebelah pelatih Song dan kembali memperhatikan jalannya pertandingan dengan notes kecil ditangannya. Sementara itu para penggemar Hyun Soo tidak lagi memperhatikan pertandingan namun melihat Hyun Soo yang berjalan keluar lapangan disusul Jung Ah seraya berbisik-bisik satu sama lainnya.
“Mengapa Lee Jung Ah harus mengikuti kemana Hyun Soo pergi?”
“Beruntung sekali Jung Ah.”
“Mengapa Hyun Soo harus selalu bersamanya?”
***
To be continue... :)
Footnote:
Yah!: Hey!
Wonji ansemnida: tidak mau
Geraeyo: baiklah
Mwo: apa?
Aja aja fighting: (ucapan untuk memberi semangat)
24 June 2011
[Part 3] Music, Dream and Love
Seminggu berlalu, Hyun Soo masih suka ikut bermain basket sepulang sekolah tanpa masuk ke dalam klub basket dan ia mulai intens berlatih dengan Jung Ah. Diluar jam latihan, sikap Hyun Soo berbeda 180 derajat ketika sedang latihan dengan Jung Ah. Saat mereka bertemu, Hyun Soo seperti tidak kenal dengan adik kelasnya itu, begitu pun Jung Ah yang juga tidak peduli dengan sikap Hyun Soo yang seperti itu.
“Hyun Soo-ah!” panggil Min Hae sambil mengejar Hyun Soo yang berada cukup jauh didepannya.
“Ne~?” balas Hyun Soo ketika Min Hae sudah berada dihadapannya.
“Sepulang sekolah kau tidak kemana-mana kan?”
“Mmm, ku rasa tidak.” jawab Hyun Soo berbohong.
“Fiuuh... Kau memang dewa penyelamatku.” Min Hae mengelus dadanya sendiri. Senyum mengembang di wajahnya.
“Wae?” tanya Hyun Soo cepat.
“Aku minta tolong kau untuk gantikan salah satu anak dari team basket. Ia mengalami cedera ankle sehingga ia tidak bisa bermain untuk pertandingan antar sekolah hari ini.” Min Hae menjelaskan.
“Aku?” Hyun Soo sedikit terperangah. Min Hae hanya mengangguk pelan, matanya seperti berbicara ‘tolong-aku-untuk-menggantikannya’. Hyun Soo ingin menolak, tetapi mengingat salah satu sahabatnya ini adalah asisten pelatih dari tim basket sekolahnya, tentu ia tidak ingin mengecewakan sahabatnya.
“Baiklah, aku akan menggantikannya.” jawab Hyun Soo. Min Hae terperangah tak percaya.
“Serius?! AAAH Thanks God! Ah, kau memang sahabatku yang paling baik!” Min Hae langsung memuji dan merangkul sahabatnya itu.
“Tsk, kau ini. Memujiku jika ada maunya.” balas Hyun Soo dengan cuek, lalu mereka berdua berjalan menuju kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Sementara itu, dikelas Jung Ah masih sibuk berkutat dengan soal matematika dihadapannya. Sungguh menyebalkan jika waktu istirahat harus digunakan untuk mengerjakan soal ulangan. Memang, mereka akan tetap mendapatkan waktu istirahat, namun kantin tidak akan ramai seperti biasanya dan Jung Ah tidak dapat bertemu Hyun Soo. Padahal Jung Ah ingin membicarakan masalah latihan nanti sore. Akhirnya, setelah ia selesai mengerjakan soal matematika, ia memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Hyun Soo. Tetapi ternyata Hyun Soo sudah terlebih dahulu mengirimkan pesan kepadanya. Dan tidak hanya satu pesan.
“Kemana kau saat istirahat?”
“Kau benar-benar menyusahkan, aku perlu bicara dengan kau. Temui aku didekat papan pengumuman mading.”
“Kau! Kenapa kau tidak bilang jika kelas kau sedang ulangan matematika?”
“Sepulang sekolah nanti, tunggu aku didepan gerbang sekolah. Kau tidak perlu ke ruang musik.”
4 Pesan dan tidak ada satupun yang bernada manis. Jung Ah membacanya dengan kesal dan raut wajah yang tidak menyenangkan. Sampai gurunya mengijinkan ia dan teman-teman sekelasnya untuk beristirahat sesuai waktu yang telah ditentukan, Jung Ah belum sama sekali membalas pesan dari Hyun Soo. Hyun Soo sendiri didalam kelas tidak terlalu memperhatikan gurunya, ia lebih memperhatikan ponselnya yang sedari tadi tidak memunculkan sesuatu yang diharapkan oleh Hyun Soo. Hyun Soo akhirnya menelungkupkan kepalanya dengan malas, setelah ia bosan, ia mencoba menggambar-gambar di agenda miliknya. Dan ketika ia kembali melihat layar ponselnya, ia secara tidak sadar tersenyum sendiri. Jung Ah membalas pesannya.
“KAU! Sampai kapan kau akan berhenti mengomeliku? Bahkan sampai di sms pun kau tetap mengomeliku. Kau ini keterlaluan. Lalu, mengapa aku harus menunggumu digerbang sekolah? Aku tidak mau.”
Senyum Hyun Soo berkurang setelah membaca pesan dari Jung Ah.
“Kenapa kau begitu keras kepala?!” oceh Hyun Soo dalam hatinya, lalu ia membalas pesan itu.
“Jangan banyak tanya, turuti saja kata-kataku atau konser itu tidak akan pernah ada sama sekali.”
Tidak sampai 5 menit, Hyun Soo sudah menerima balasan dari Jung Ah.
”Siapa kau? Seenaknya saja meniadakan konser itu. Apapun alasanmu dan ancamanmu, aku tetap akan menunggumu diruang musik. Lagipula, kau benar-benar keterlaluan. Giliran aku yang membawa minuman, kau malah membatalkan latihan seenak jidatmu saja.
Pesan kali ini membuat Hyun Soo tersenyum. Ia baru ingat kali ini giliran Jung Ah untuk membawa minuman. Hyun Soo ingin membalas pesan dari Jung Ah, tetapi ternyata Guru Jang, Guru yang sedang mengajar Hyun Soo, melihat Hyun Soo yang sedang asyik sendiri dan tidak memperhatikan dirinya.
“KIM HYUN SOO! Apa yang sedang kau lakukan?” bentak Guru Jang. Kelas sesaat menjadi sangat hening. Hyun Soo langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. Min Hae yang duduk disampingnya langsung memperhatikan sahabatnya yang sedang salah tingkah.
“Mmm.... Mmm.. Aniyo~.” jawab Hyun Soo gugup. Guru Jang dikenal sebagai salah satu guru yang sangat disiplin dan tidak ragu untuk menghukum muridnya yang melakukan kesalahan.
“ANIYO?! Gojitmalhaji maseyo! Memangnya, kau pikir aku tidak melihat kau sibuk dengan ponselmu?”
“Mianhamnida, sonsaengnim...”
“Sekarang kau keluar dari kelas. Kau kuhukum sampai pelajaran ini selesai!”
“Sampai pulang sekolah?!” Hyun Soo tidak percaya dengan hukuman yang diberikan oleh Guru Jang.
“Ya! Karena pelajaranku berakhir sampai bel sekolah berbunyi. Jadi, sekarang kau cepat keluar dari kelas!” Guru Jang benar-benar sudah kehabisan sabar. Ia memang benar-benar tidak menyukai murid yang tidak memperhatikan pelajarannya. Tanpa sepatah katapun Hyun Soo langsung keluar dari kelas dengan langkah gontai dan berjalan tanpa jelas arah tujuannya.
“Ada yang mau menyusul Kim Hyun Soo?” tanya Guru Jang kepada muridnya yang lain didalam kelas. Semua murid menggeleng cepat dan Guru Jang kembali kepada materi pelajarannya. Di koridor, Hyun Soo berjalan tanpa tau kemana ia akan menunggu sampai bel sekolah berbunyi. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan ia langsung berjalan dengan langkah tegas.
* * *
Jung Ah sedang asyik menyeruput minuman bersodanya di kantin sendirian, seraya membaca buku perpustakaan yang ia pinjam sebelum ia pergi ke kantin. Waktu istirahatnya tinggal 5 menit lagi sebelum ia kembali ke kelas dan memulai pelajaran selanjutnya.
“Kau harus menungguku sepulang sekolah nanti di gerbang sekolah.” tiba-tiba Jung Ah mendengar suara Hyun Soo yang begitu dekat dengannya. Ia langsung menaikkan kepalanya yang sedari tadi menunduk karena membaca dan menemukan Hyun Soo tepat berada dihadapannya, menatapnya tanpa berkedip sekalipun.
“KAU?! Kenapa kau sekarang ada disini?” Jung Ah berteriak kaget.
“Karena kau tidak patuh padaku.” jawab Hyun Soo tanpa memberitahu hal yang sebenarnya.
“Kau benar-benar keras kepala sampai-sampai kau menghampiriku untuk membicarakan masalah ini. Sudah kubilang aku tidak mau menunggumu di gerbang sekolah. Sejak kapan piano-piano itu pindah tempat menjadi di gerbang sekolah?” Jung Ah tetap bersikeras pada pendiriannya.
“Aish. Kau yang keras kepala. Siapa yang bilang kita akan latihan?!”
“Lalu? Kalau tidak jadi latihan kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Kau ingin mengerjaiku?”
“Sudahlah, aku tidak ingin berdebat padamu. Kau benar-benar tidak ingin menuruti keinginanku?”
“Tidak. Lebih baik aku pulang saja.”
“Baiklah, tidak akan kupaksa kau.” ucap Hyun Soo lalu ia pergi meninggalkan Jung Ah sendirian lagi di kantin sekolahnya. Bel sekolah berbunyi dan Jung Ah langsung buru-buru pergi meninggalkan kantin dan pergi menuju kelasnya. Langkahnya menyalip langkah kaki Hyun Soo yang sedang berjalan ke arah yang sama. Namun sebelum ia menaiki anak tangga selanjutnya dan menuju kelasnya yang berada di lantai dua, ia berhenti dan berbalik badan.
“Bukannya kelas kau berada di lantai tiga sisi kanan? Kenapa kau menuju ke sisi kiri?” tanya Jung Ah kepada Hyun Soo yang berada tidak jauh dari dirinya.
“Bukan urusanmu.” jawab Hyun Soo sambil terus melangkah mendekati Jung Ah yang sudah berada di anak tangga kedua.
“Sssh. Terserah kau.” ucap Jung Ah lalu ia berbalik badan dan menaikki anak tangga. Hyun Soo berada persis dibelakangnya dan sengaja tidak mendahuluinya sampai Jung Ah masuk ke dalam kelasnya tanpa berpamitan dulu kepada Hyun Soo. Dan ketika ia merasa Hyun Soo sudah jauh dari kelasnya, ia kembali keluar kelasnya dan melihat Hyun Soo yang sudah tidak ada di koridor lantai 2.
“Manusia aneh.” gumam Jung Ah sendiri sambil berjalan menuju tempat duduknya.
* * *
Bel sekolah berbunyi dan Jung Ah menjadi orang yang terakhir keluar dari kelasnya. Koridor lantai 2 saat itu sudah sepi dan ia langsung menuruni anak tangga dan berjalan menuju gerbang sekolahnya. Ketika ia sampai di gerbang sekolahnya ia berhenti sejenak, meyakinkan diri apakah Hyun Soo benar-benar menginginkan dirinya menunggu di gerbang sekolah atau hanya sekedar iseng saja. Waktu terus berlalu dan sudah lebih dari 5 menit Jung Ah berdiri di gerbang sekolah sambil sesekali melihat ponselnya, namun ternyata tidak ada sosok Hyun Soo muncul atau sekedar menelepon untuk bilang “Tunggu sebentar.” Akhirnya Jung Ah memutuskan untuk pulang saja daripada menunggu Hyun Soo yang tidak jelas keberadaan dan kabarnya. Sementara itu Hyun Soo sedang berada diruang ganti tim basket, bersama Min Hae dan juga anak-anak tim basket. Terlihat dari raut wajah Hyun Soo yang tidak sabar karena ingin segera mencegat Jung Ah sebelum ia kembali ke rumahnya namun tidak bisa karena ia masih harus mendengar briefing dari pelatih dan juga temannya sendiri. Sebenarnya, masih ada banyak pemain cadangan yang dapat menggantikan posisi adek kelasnya yang sedang cedera itu, tapi pergantian pemain menjadi tugas yang diberikan pelatih kepada Min Hae dan langsung saja Min Hae memilih sahabatnya itu. Tentunya pemain cadangan yang masih adik kelas dari Min Hae dan Hyun Soo tidak dapat protes dengan keputusan yang telah dibuat oleh asisten pelatih mereka.
“Baiklah sekarang kita bisa langsung pergi. Sampai jumpa disana.” ucap Min Hae menutup briefing siang itu dan semua anggota langsung bubar dan keluar dari ruang ganti mereka kecuali Hyun Soo dan Min Hae yang berdiri menunggu Hyun Soo yang sedang mengutak-atik ponselnya.
“Hyun Soo-ah kau ini sedang apa? Sampai kapan aku harus menungguimu?” ucap Min Hae tidak sabar.
“Min Hae, sebaiknya kau berangkat duluan saja. Aku akan menyusul. Masih ada keperluan yang harus kuselesaikan.” balas Hyun Soo dengan ponsel ditelinganya.
“Kau ini, baiklah, aku duluan. Tapi kau jangan sampai telat. Pertandingan setengah jam lagi dan sebaiknya 15 menit sebelum pertandingan kau harus sudah sampai.”
“Araesso. Aku bukan anak kecil lagi, Min Hae.”
“Tapi, kau suka bertingkah laku seperti anak kecil.” ucap Min Hae sebelum ia keluar ruang ganti. Saat ini Hyun Soo sudah memakai seragam basket yang dipinjamkan oleh Min Hae dan sepatu basket miliknya sendiri. Tas olahraga sudah bersandar di pundaknya berisikan baju ganti dan juga tidak ketinggalan partitur piano. Entah untuk apa kegunaannya saat itu.
“Kemana kau Jung Ah? Mengapa ponselmu tidak aktif?” gumam Hyun Soo sendiri sebelum akhirnya ia keluar dari ruang ganti, tidak lupa membawa helm putih miliknya. Ia mengendarai motornya ke arah yang berlawanan dengan arah menuju lapangan basket.
To be continue... :)
Footnote:
Gojitmalhaji maseyo: jangan bohong!
Wae: kenapa?
Mianhamnida: saya mohon maaf
Sonsaengnim: bapak/ibu